Rabu, 13 Maret 2019

Bersyukur Di Saat Tersungkur, Mampukah?

3/13/2019 09:44:00 AM 11 Comments

Seringkali kita hanya melihat satu waktu saat kita sakit dan melupakan 99 kali saat kita sehat. Kapan saja kita kehilangan rasa syukur, maka kita akan kehilangan sifat iman kita
-Sheikh Kamaluddin Ahmed-

Bersyukur di Saat Tersungkur, Mampukah? Jika bersyukur pada sebuah keadaan yang dirasa membahagiakan, saat diberikan kenikmatan, terwujudnya apa yang diimpikan, mungkin bukanlah perkara yang sulit. Setiap orang tentu dengan mudah akan melantunkan kalimat syukur kepada-Nya.

Namun, ketika sebuah keadaan datang tak sesuai dengan apa yang diharapkan. Ketika harapan tak menjadi kenyataan. Ketika apa yang diimpikan tak kunjung menjadi nyata. Dan ketika kita dihadapkan dengan situasi yang begitu menyesakkan dada, begitu pelik. Masih mampukah kita berterimakasih kepada Allah? Masih mampukah kita menemukan kenikmatan dan kasih sayang-Nya di antara serpihan rasa sakit yang begitu menyiksa? Tentu tak semua orang mampu untuk itu.

Sungguh tidak ada alasan untuk kita tak bersyukur. Sepahit apapun kehidupan yang sedang kita jalani, tentu ada satu hal yang begitu manis dan indah yang dapat kita syukuri.

 Bahkan Ibn Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata bahwa iman terdiri dari dua bagian : setengahnya adalah kesabaran (Sabr) dan setengahnya lagi adalah bersyukur (Shukr). Maka sudah selayaknya kita harus bersyukur di kondisi apapun. Bahkan di kondisi yang menurut kita itu sangatlah menghimpit.

Namun hal yang seringkali terjadi dan menjadi sebuah kesalahan adalah, ketika kita berkata, “Aku bersyukur dengan keadaan ini.” Tetapi di belakang kalimat itu disertakan sebuah ungkapan keluhan. Padahal sesungguhnya bersyukur itu tak mengenal kata mengeluh. Tak mengenal kata tapi.

Cobalah latih hati ini untuk bersyukur di kondisi sesusah apapun. Walau pada kenyataannya hal ini tak semudah yang diucapkan, dan tak semua orang mampu untuk melakukannya.

Bagaimana bisa bersyukur di tengah rasa pahit yang sedang menghujam?

Bisa! Jika kita mau menyadari bahwa nikmat Allah begitu banyak telah diberikan kepada kita. Mencoba menyadari bahwa ternyata masih banyak orang yang lebih tidak beruntung dibandingkan kita. Dan mencoba membuka setiap penghalang dari rasa bersyukur itu. 

Lihatlah apa yang difirmankan Allah dalam al-Quran 
surah Al-Mulk ayat 23: "Katakanlah, Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." 
Al-Quran seringkali menyebutkan tiga hal yang sering tertutup dan membuat manusia terhalang dari rasa bersyukur. Yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati nurani. Ini berarti menandakan bahwa tiga hal tersebut memiliki posisi penting untuk membantu kita bersyukur di kala tersungkur.

Cobalah lakukan ketiga hal berikut ini untuk membantu kita mengucap terimakasih kepada-Nya walau keadaan tak seindah yang diharapkan.

Pertama, Membuka Mata

Membuka mata, menjadi tips pertama untuk mempertahankan rasa syukur di kondisi sesulit apapun. Bukalah matamu! Lihatlah sekelilingmu! Sadari betapa banyak nikmat Allah yang tercurahkan untuk kita, dan lihatlah bahwa ternyata masih banyak di luar sana orang-orang yang lebih menderita dari kita. 

Misalnya, jika saat ini kita merasa hidup begitu sulit dari segi ekonomi. Tempat tinggal terasa cuma sepetak karena berada di sebuah kontrakan. Mau masak makanan bingung karena harus cari bahan makanan termurah untuk bisa dimasak. 

Maka, bukalah matamu dan lihat betapa di luar sana masih ada orang yang tak punya penghasilan yang pasti. Masih ada orang yang tempat tinggalnya beratapkan jembatan berdinding selembar papan. Lihatlah! Ternyata di luar sana masih ada orang yang terpaksa berpuasa karena tak memiliki bahan makanan untuk dimasak dan dimakan. 

Bukalah matamu dan bersyukurlah lebih banyak. Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda: "Lihatlah orang yang berada di bawahmu dan janganlah melihat orang yang berada di atasmu karena hal itu lebih patut agar engkau sekalian tak menganggap rendah nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu."

Kedua, Membuka Telinga

Setelah membuka mata, kita juga mesti membuka telinga untuk bisa selalu bersyukur. Membuka telinga artinya mendengarkan secara jernih berbagai masukan, nasihat, dan informasi dari siapapun.

Sebagai contoh, ketika kita menghadapi suatu masalah dan ujian hidup dengan berat hati, lalu orangtua, sahabat, atau mungkin pasangan kita memberikan masukan, memberikan solusi dari masalah kita. Maka seharusnya tak ada alasan untuk kita mengingkari nikmat-Nya.


Ketiga, Membuka Hati

Tips terakhir agar selalu bersyukur di kala sesulit apapun adalah membuka hati nurani. Artinya berjiwa besar terhadap apa yang terjadi dan selalu berpikir positif. Apapun yang terjadi pada diri kita, baik maupun buruk adalah nikmat pemberian Allah untuk menguji kita apakah tambah bersyukur atau mengingkari nikmat tersebut.

Berjiwa besar artinya memahami bahwa jika mendapatkan suatu keadaan yang pahit menurut hati kita, hal itu bukanlah akhir dari segalanya. Karena ternyata keadaan pahit itu bisa jadi menyadarkan kita bahwa selama ini kita terlalu banyak mengabaikan hal-hal manis yang telah Allah berikan.

Ibaratnya saja, saat kita kehilangan kedua orangtua, atau orang-orang terkasih.  Kita baru menyadari betapa mereka sangatlah penting dan berharga dalam hidup kita. Sedangkan saat mereka masih ada, kita seringkali dibuai oleh kesibukan kita hingga jarang menghadirkan quality time bersama mereka yang pada akhirnya hal ini menjadi penyesalan tiada akhir.

Kesadaran hati dan pikiran kita akan betapa pentingnya kehadiran mereka itulah yang patut kita syukuri. Karena kita akan belajar untuk lebih mengharga setiap waktu kebersamaan.

Yuk! Buka mata, telinga, dan hati kita agar bisa selalu bersyukur di kondisi sepelik apapun. Tak perlu merasa paling menderita. Jika ternyata masih banyak hal yang bisa kita syukuri sekalipun berada di tengah rasa sakit.


~~~~^^^~~~~

Senin, 11 Maret 2019

Tiga Pilar Kebahagiaan

3/11/2019 11:18:00 AM 12 Comments
Tiga Pilar Kebahagiaan- Bahagia apa yang kamu inginkan? Bagaimana kita mendatangkan kebahagiaan itu? Dan siapakah yang tak ingin bahagia dalam hidupnya?
Sudah tentu setiap orang ingin selalu merasakan bahagia dalam hidupnya. Bahagia yang selalu kekal hingga ke akhirat nanti, tentu itu menjadi kebahagiaan dambaan setiap insan. Namun sayangnya, tak sedikit yang mampu menghadirkan kebahagiaan itu. Padahal hakikatnya kebahagiaan itu harus diciptakan. Karena memang sejatinyanya kebahagiaan itu dekat. Tapi lagi-lagi tak semua orang mampu menciptakan kebahagiaan itu. 
Dan tahukah, bahwa ternyata untuk sebuah kebahagiaan, kita perlu memiliki pilar-pilar kebahagiaan itu sendiri. Karena sebelum kita menciptakan kebahagiaan itu, paling tidak kita perlu tahu tiga pilar untuk kita mendatangkan kebahagiaan yang diharapkan. 
Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah ada tiga pilar kebahagiaan yang harus kita miliki.
Pertama: Mensyukuri Nikmat.
Sekarang, coba kita tengok sekitar kita. Sudah berapa nikmat yang kita dapati hari ini?
Oksigen yang gratis dari Allah. Orang tua yang sayang dan pedulinya luar biasa. Teman dan sahabat yang terasa seperti saudara sedarah karena sikapnya yang sangat baik. 
Tetangga yang sering peduli kepada kita, Kakak atau adik yang sayang dan mencintai kita. 
Bos di tempat kerja yang perhatian dan peduli kepada karyawannya. Perjalanan menuju kantor yang tak semacet biasanya.

Dosen pembimbing skripsi yang baik nan memudahkan perjalanan si skripsi hingga cepat terselesaikan. Bisnis yang terus meroket dan berkembang hingga ke seantreo Indonesia bahkan mancanegara.
Suami/ Istri yang sayang dan perhatian banget soal agama dan akhirat. Anak-anak yang penurut, dan sholeh. Dan tentu masih banyak lagi kenikmatan yang kita dapati hari ini. 
Sudahkah kita bersyukur untuk itu semua??
Bersyukur, bersyukur, bersyukur dan terus bersyukur atas apa yang telah kita dapati dari-Nya. Ketika kita mampu mensyukuri setiap nikmat yang Allah berikan, tentu kebahagiaan akan datang menemani hari-hari kita.
Allah pun telah berjanji bagi siapa yang bersyukur maka akan ditambahkan kenikmatannya (Q.S Ibrahim : 7). Bahkan dengan bersyukur pun akan menyelamatkan kita dari adzab Allah. Seperti firman Allah dalam surat An-Nisa : "Tidaklah Allah akan mengadzab kalian jika kalian bersyukur dan beriman. Dan sungguh Allah itu Syakir lagi Alim”. Bukankah janji-janji Allah itu akan mendatangkan kebahagiaan walau bukan di dunia sudah pasti di akhirat kelak. 
Pilar kedua : Bersabar atas cobaan
Manusia mana yang dalam hidupnya tak Allah berikan cobaan? Dalam perjalan hidup kita, dari sekian banyak kenikmatan yang kita dapati, tentu ada cobaan pula yang menghampiri. Namun setiap orang berbeda menyambutnya. Ada yang mengeluh tak berkesudahan. Ada yang meratapi tiada henti, dan ada pula yang mencoba selalu bersabar, karena percaya ada Allah yang selalu membantu. Ini sulit memang, tapi ketika kita mampu bersabar atas cobaan yang datang, kita pasti merasakan kebahagiaan. Tak di dunia, pasti kelak di akhirat.
 Seperti janji Allah dalam firman-Nya : “Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk ke dalam surga, padahal belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang bersamanya : Bilakah datang pertolongan Allah? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amatlah dekat.” (QS. Al Baqarah : 214)”
Bahkan dalam Hadist pun dikatakan “Tak seorang muslim pun yang ditimpa  gangguan semisal tusukan duri atau yang lebih berat daripadanya, melainkan dengan ujian itu Allah menghapuskan perbuatan buruknya serta menggugurkan dosa-dosanya sebagaimana pohon kayu yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Bukankah dihapuskan segala dosa, dan memasuki surga-Nya akan menjadi kebahagiaan abadi untuk kita?

Dan pilar ketiga: Memohon Ampun atas Kesalahan
“Manusia mah tempatnya salah, enggak ada manusia yang sempurna dan luput dari kesalahan.”   Sahabat tentu sering mendengar kalimat seperti ini bukan? Yap! Saya pun setuju. Enggak ada manusia yang luput dari kesalahan. Tapi tidak semua manusia menyadari kesalahannya dan segera memohon ampun kepada sang Khalik. Atau bahkan, tak jarang pula yang langsung meminta maaf ketika berbuat kesalahan kepada kerabatnya.
Padahal, memohon ampun atas kesalahan merupakan salah satu pilar penting untuk kita meraih kebahagiaan. Tak perlu malu, Tak perlu sungkan. Allah senang kepada hamba-Nya yang datang dan memohon ampunan. Jangan berpikir “Ah, udah banyak dosa begini. Malu ngadu sama Allah.” Kalau kita malu ngadu dan memohon ampunan kepada Allah, lantas kita mau memohon kepada siapa lagi??
Lihat nih janji Allah dalam surat Az-Zumar ayat 53 “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang’.” Dan juga dalam surat Asy-Syuura ayat 25 “Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Bukankah mendapatkan rahmat, ampunan dari Allah akan memberikan kebahagiaan untuk kita?
Sahabat, itulah tiga pilar kebahagiaan yang harus kita miliki. Ingatlah bahwa kebahagiaan yang kita tuju bukan sekedar kebahagiaan di dunia, melainkan juga kebahagiaan di akhirat kelak. Kebahagiaan yang akan abadi selamanya.
Semoga apa yang saya tuliskan ini bermanfaat untukmu dan kita semua dalam menciptakan kebahagiaan.
~~~~~****~~~~~

Rabu, 06 Maret 2019

Warna Warni Kehidupan

3/06/2019 11:06:00 AM 1 Comments

Dalam perjalanan hidup ini, kita akan menemukan banyak warna warni yang yang selalu siap mengindahkan kanvas putih kehidupan kita. 

Karena sangat tidak mungkin jika hidup ini hanya diisi oleh satu warna, satu rasa. Entah itu hanya terisi oleh kebahagiaan atau kesedihan dan penderitaan saja. Yang pasti itu adalah hal yang mustahil.

Karena jika kita hanya bisa merasakan kebahagiaan, bagaimana caranya kita bisa tahu rasanya bersedih? Dan darimana kita tahu caranya menangis? Sedangkan kita tidak pernah merasa kesedihan dan penderitaan?? 

Lalu, jika kita hanya bisa merasakan kesedihan, bagaimana caranya kita bisa tahu rasanya bahagia? Dan tahu bagaimana caranya tertawa? Sedangkan kita tidak pernah merasakan kebahagiaan?

Jika hidup ini hanya ada kenikmatan, kekayaan, serba kecukupan, maka darimana kita akan belajar bersabar menghadapi keadaan yang menghimpit?

Atau, ketika hidup ini hanya ada kesulitan, penderitaan, serba kekurangan, maka darimana kita akan belajar bersyukur saat menghadapi keadaan yang penuh kenikmatan?

Kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, canda, tawa, rindu, cinta, serta tangis, merupakan warna-warni di atas lembar putih sejarah kehidupan kita. Warna warni kehidupan yang begitu berimbang yang telah diberikan oleh Sang Maha Pencipta kehidupan ini.

Rasanya lelah dan menyakitkan memang ketika kita berjumpa dengan suatu masalah yang tidak pernah kita sukai, dan masalah itu pun muncul karena ulah jahatnya lidah berucap. Rasanya lelah memang. Saat ujian hidup dirasa tak ada hentinya. Walau jiwa dan raga sudah semaksmimal mungkin mencari solusi dari setiap ujian yang menimpa.

Namun, sadarkah kita?? Ketika masalah menerpa, di balik itu semua banyak tersimpan hikmah, dan pembelajaran hidup menuju proses pendewasaan diri.

 Tergantung kita memandang ke arah mana dari setiap masalah dan ujian yang menimpa?? Negatif? Ataukah, positif??

Kekuatan yang paling ampuh ketika kita menghadapi sebuah masalah, kesedihan, ujian, penderitaan, hanyalah SABAR dan IKHLAS diiringi dengan DOA.

Ingatlah Sahabat bahwa sesungguhnya bukan sabar jika masih terbatas ruang dan waktu. Bukan ikhlas jika kita tak pernah diuji. Dan hanya doa yang akan menguatkan diri dan hati saat ujian datang menimpa. 

Percayalah!! Ketika kesabaran, keikhlasan, dan do`a kita ini digali melebihi dalamnya lautan, maka, keberkahan untuk kita pun seperti laut beserta isinya.

Hidup ini terlalu singkat nan sesaat jika hanya kita lukis dengan satu warna. Maka lukislah perjalanan hidup ini dengan berbagai warna, dan biarkan hidup ini menjadi berwarna warni. 

Melangkah Menggapai Impian

3/06/2019 05:29:00 AM 0 Comments


Sejatinya, aku sedang melangkah. Menuju gerbang impian yang sejak bertahun kebelakang telah ku goreskan.

Entah, kapan kaki ini akan menginjak garis finish pada impian itu. Aku tak pernah tahu. Karena hanya Allah yang memegang kunci izin itu. Yap! izin untukku sampai ataukah masih harus melangkah dengan sabar dan gigih. Karena hal yang selalu aku yakini adalah aku pandai berencana, tetapi Allah yang Maha Menentukan. Karena, siapa lah aku? Hanya manusia biasa yang hanya mampu berencana, lalu berikhtiar mewujudkan apa yang aku impikan.

Namun Allah? Dia adalah Maha Segalanya. Maha Baik, Maha Pemberi yang terbaik. Allah selalu memberikan apa yang sesungguhnya aku butuhkan. Allah yang akan memberikan segala hal terbaik menurut-Nya. Seindah apapun rencanaku, segigih apapun usahaku, sekeras apapun perjuanganku, jika kata Allah "Belum hari ini aku berikan impianmu menjadi nyata, nanti, bersabarlah, dan teruslah berusaha," maka aku bisa apa? 

Salahku beberapa waktu lalu, aku pernah berhenti melangkah. Merasa putus asa. Berpikir untuk menyudahi langkah menuju impian itu. Membiarkan apa yang aku impikan hanya sekedar impian. Tapi ternyata, aku tak benar-benar bisa menyudahi apa yang telah aku mulai. Cara satu-satunya adalah aku harus tetap melangkah. Hingga nanti aku tiba pada impian yang aku tuju. Bukan kah hasil tak pernah membohongi proses? Bukan kah Allah Maha Melihat segala usaha kita? Dan bukankah Allah pula yang selalu memberikan kemudahan bersama kesulitan?

~~~
Ayolah melangkah!

Teruslah berusaha!

Wujudkan impianmu itu!

Jangan berikan alasan untukmu berhenti di tengah jalan!

Jika kau berhenti melangkah hari ini, bisa jadi sebenarnya esok akan kau jemput impian itu. Tapi karena kau berhenti, maka tak akan pernah nyata kau jemput impian itu!

Ayolah! Kau mampu mencapai impian mu itu!
~~~

Kalimat-kalimat itu selalu aku gemakan dalam hati dan pikiran. Agar aku tak lelah mencoba. Tak lelah melangkah. Tak lelah berusaha. Walau nyatanya sesekali waktu aku masih memberikan jeda untuk beristirahat. Mengumpulkan kembali kekuatan dan itikadku. Menggemakan kembali kalimat yang menjadi energi untuk ku terus melangkah. Bukankah Allah telah berjanji dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 bahwa Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 
Maka seharusnya tak ada alasan lagi bagiku untuk berdiam diri. Aku harus terus berusaha mencapai apa yang aku impikan. 

Bahkan, seorang Thomas Alfa Edison pun harus mengalami ribuan kegagalan terlebih dulu untuk menggapai impiannya membuat terang dunia. Maka apa yang baru aku alami belum ada apa-apanya. Dan tentu akan aku iringi setiap langkah menuju impian itu dengan doa kepada-Nya. Allah yang Maha Mendengar dan Maha menjawab segala permohonan. Karena Allah telah berfirman : Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.  (QS. Al-Mukminun: 60).

Bukankah janji Allah Maha Benar? Jika bukan bersandar dan memohon kepada-Nya, maka mau kepada siapa lagi aku berharap agar impianku kelak menjadi nyata? Dan aku yakin, sebuah impian tak akan tergapai begitu saja. Butuh ekstra doa dan perjuangan yang tak kenal lelah dan putus asa untuk menggapainya.

Ingatlah wahai diri, Allah selalu melihat setiap langkah usaha ini, dan selalu mendengar apa yang dibisikkan kepada-Nya. Dan Allah pula yang akan mewujudkan setiap impian yang sedang dituju. Bismillah! Yakinlah bahwa diri ini mampu!!

Selasa, 05 Maret 2019

Dia, Alasanku Bertahan

3/05/2019 12:08:00 PM 0 Comments
Sepuluh tahun perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya, bukanlah waktu yang sesaat, juga bukan hal yang mudah bagiku untuk bertahan, sebenarnya. Ya, paling tidak lima tahun belakang.

Pertanyaan-pertanyaan yang sama, serupa, dan selalu menyakitkan gendang telinga juga hati membuatku merasa "Lebih baik berhenti sampai sini, sepertinya aku tak akan sanggup lagi untuk melangkah." 

Tapi dia, selalu memintaku untuk bertahan. "Kamu pasti kuat menghadapi ujian ini, sayang. Ada aku." Selalu begitu katanya.

Jika harus berhenti pun, hati kecilku berteriak menolak. Mana sanggup aku terpisah lalu jauh darinya. Dengan serba kekuranganku, dia masih berlapang dada menemaniku. Menerimaku apa adanya. Tak peduli apa kata orang. Tak peduli berbagai sindir dan nyinyir dari orang-orang kepada kami. Baginya, hadirku saja sudah membuatnya bahagia.

"Tapi tugasku bukan hanya membahagiakan kamu saja kan, Mas? Ibu mu, adik kakakmu, juga orangtua ku. Mereka juga berhak untuk aku bahagiakan." Tukas ku suatu hari.

Sabtu, 02 Maret 2019

Separuh Nyawa

3/02/2019 10:25:00 AM 4 Comments
Februari tak lagi menjadi indah di mataku. Bulan yang katanya menjadi bulan kasih sayang, penuh cinta, penuh dengan rona bahagia, kini tak lagi seperti itu di hadapanku. Ia berubah menjadi bulan yang penuh rasa duka dan air mata. Juga menjadi bulan yang menciptakan kerinduan tak berujung bagiku. Ya! Februari ku kini menjadi kelabu. Sejak pagi itu.

Pagi yang terlalu awal di pertengahan Februari menjadi awal dari duka yang aku rasakan. Pagi itu, menjelang subuh, aku terbangun dan hendak melaksanakan witir sambil menanti subuh seperti biasanya. Dan sebelum witir ku laksanakan, aku akan melihat emak di kamarnya. Beberapa hari sebelumnya kondisi kesehatan beliau memang sudah menurun. Membuat aku merasa khawatir berlebihan. Dan tiap menjelang subuh aku mendatangi kamar beliau, lalu menatapnya masih tertidur pulas, atau terkadang beliau sudah terjaga dan langsung menyambutku dengan senyuman kala aku menghampirinya membuat aku merasa jauh lebih tenang. Rasa khawatirku seperti lenyap seketika. Tapi pagi itu, saat aku menghampiri emak, aku lihat beliau masih tertidur pulas. Tapi seketika aku heran dan merasa keliru dengan pengelihatanku. Aku tak melihat gerakan napas pada tubunya. Dengan kekhawatiran yang semakin menjadi aku hampiri beliau. 

Jumat, 01 Maret 2019

Ciptakanlah Bahagiamu!

3/01/2019 10:20:00 AM 0 Comments
Jangan iri melihat bahagianya orang lain saat ini. Karena kamu tak tahu sudah berapa duka yang ia lewati. Dan seberapa besar kesedihan yang ia sembunyikan.

Ciptakanlah bahagiamu sendiri!

Karena hal yang seringkali terjadi adalah ketika seseorang merasa dirinya paling merana, paling sedih, paling susah, dan tidak memiliki kebahagiaan seperti orang-orang yang ia lihat di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Merasa tergoda dengan anak-anak muda yang menjadi selebgram. Merasa teruji dengan mamakgram (sebutan untuk mak emak aktif di instagram) yang terlihat sangat bahagia, sedangkan kita tidak bisa.

Duhai diri!

Sadarlah. Bahwa bahagia itu bukan melihat standar orang lain. Bukan bersandar pada sosok ideal bagi pikiran orang lain.

Bahagia itu dekat! Bahagia itu tercipta ketika kamu menciptakan standar dirimu sendiri untuk bahagia. Ketika kamu mampu menciptakan sesuatu yang ideal versi kamu. Bukan versi orang lain. Dan bahagia itu adalah ketika kamu mampu bersyukur atas apa yang kau miliki saat ini, tanpa membandingkannya dengan orang lain.

Jika hanya ada kecewa dan duka ketika sibuk menatap kebahagiaan orang lain, mengapa tak kau sibukkan diri saja menciptakan bahagiamu?

Bukankah setiap manusia itu berhak untuk bahagia??


Selasa, 26 Februari 2019

Belajar Nulis Artikel_tugas 1

2/26/2019 12:25:00 PM 15 Comments
Haii readers..
Kali ini aku ingin sedikit bercerita tentang aku dan dunia tulis menulis.

Kurang lebih, hampir dua bulan aku vakum dari kegiatan tulis menulis. Entahlah, semenjak kelahiran baby ke tiga, lalu disibukkan dengan segala rutinitas dan tanggung jawab yang baru, rasanya aku hampir kehabisan waktu untuk menulis. Bahkan untuk menangkap ide yang lewat saja rasanya teramat sulit. Hingga akhirnya setiap ide yang datang, berlalu begitu saja. Sampai kemudian aku merasa stuck dalam dunia tulis menulis. Rasanya, enggak ada lagi ide yang datang sekedar menyapa pikiran. Hiks...

Lalu tiba-tiba saja ada info yang masuk ke WA bahwa ada kelas "Belajar Nulis Artikel" yang dibimbing langsung oleh kang Wildan Fuady. Waah.. pikiran dan hati langsung tergelitik untuk ikut. Karena jujur, sudah lama sekali ingin belajar nulis artikel. Ingin membuat blog ini kembali hidup dengan tulisan-tulisanku walau ala kadarnya. 

Tanpa ragu, aku klik tautan yang dibagikan tersebut, dan tergabunglah aku di kelas "Belajar Nulis Artikel batch 2." Tanggal 23 februari lalu, materi pertama dikirimkan dan dijelaskan langsung oleh kang Wildan. Wuih, rasanya bersyukur sekali. Walau aku sudah lama tergabung di dunia per-blogg-an, tapi rasanya aku masih butuh banyak ilmu untuk mengelola blogg ini agar semakin ciamik, dan semakin hidup, juga semakin bermanfaat untuk khalayak banyak.

 Terimakasih banyak kang Wildan untuk pertemuan dan pembelajaran pertama di minggu kemarin. Kalau ditanya kesan dan pesannya apa setelah belajar kemarin, maka jawabannya adalah bahagia dan bersyukur sekali. Karena sedikit banyak aku disadarkan fungsi adanya blogg ini. Dengan adanya blogg yang kita miliki kita bisa membangun personal branding, menebarkan kebaikan, dan mendapatkan penghasilan. Begitu kata kang Wildan. Tapi harus diingat, penghasilan yang kita dapatkan dari blogg bukanlah tujuan utama, melainkan bagian dari bonus yang kita peroleh. 

Dan pesannya, keep istiqomah untuk berbagi ilmu ya kang.. 😊



Tak sabar aku menanti materi selanjutnya. 

Jumat, 30 November 2018

Rumah_15 Hari Bunda Berkisah Day 1

11/30/2018 04:29:00 PM 0 Comments
A two storey house Free Vector

Saat itu, jalanan macet sekali. Kita sedang dalam perjalanan pulang dari pasar. Untuk menghilangkan jenuh, Mursyid berdiri dan melihat ke luar jendela. Memperhatikan apa saja. Beberapa pertanyaan tentang kemacetan terlontar darinya. Ambu dan Abah mencoba menjawab pertanyaan demi pertanyaan polosnya.
Lalu kemudian, tatapan Mursyid tertuju kepada seorang bapak yang tidur di atas trotoar dengan beralaskan kardus.

"Bu, bapak itu lagi apa? Dia lagi bobo?" Tanya Mursyid penuh rasa ingin tahu.

"Mungkin. Keliatannya sih iya, Nak. Dia lagi bobo." Jawab Ambu yang kemudian memunculkan pertanyaan baru di pikiran Mursyid.

"Kenapa dia bobo di situ? Kenapa enggak bobo di rumahnya?" 

"Ambu enggak tahu, Sayang. Tapi mungkin dia gak punya rumah." Ambu mencoba menjawab.

Mobil kami melaju perlahan. Namun tatapan Mursyid sesekali masih ke bapak yang tertidur di atas trotoar tersebut.

"Kenapa, Nak?" Tanya Ambu ingin tahu.

"Bapaknya kasian ya, Bu. Enggak punya rumah."

Ambu tersenyum mendengar kalimat jujur nan polos itu terlontar dari si sulubg yabg baru berusia tiga tahun.

"Kalau mursyid punya rumah gak?" Tanya ambu.

"Punya. Mursyid punya rumah." Jawabnya dengan masih memperhatikan jalanan di luar yang mulai lancar.

"Ucapan syukurnya mana, Nak?"

"Alhmdulillah ... mursyid punya rumah." Jawabnya dengan mantap.

"Mursyid jangan lupa selalu bersyukur ya, Nak. Alhamdulillah mursyid punya rumah. Karena ternyata masih ada orang yang gak punya rumah."

"Iya, Bu. Kaya bapak itu ya, Bu? Gak punya rumah dia."

Ambu tesenyum lalu mengiyakan pertanyaannya.

Tak seberapa penting besar kecil rumah yang saat ini kita tempati. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa selalu bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan. Kami (Ambu Abah) ingin mursyid dan adik-adik mursyid kelak mampu mensyukuri rejeki apapun yang Allah berikan. 

Insya Allah bisa ya, Nak... 😊




15 Hari Bunda Berkisah

11/30/2018 04:16:00 PM 0 Comments
Beberapa waktu yang lalu, aku mengikuti challenge tentang Bunda Berkisah selama lima belas hari. Tentunya ini menjadi pengalaman menarik yang aku rasakan. Entah kenapa, aku lebih senang dan tertantang ketika aku aktif mengikuti challenge atau kelas menulis seperti yang saat ini sedang aku jalani. Aku merasa lebih hidup dan bersemangat lagi untuk menulis. Walau sebenarnya gak baik juga kebiasaan seperti ini.

Karena, bukankah untuk menjadi seorang penulis maka tugasnya adalah menulis setiap hari?? Ah, payah sekali aku ini. Bagaimana mungkin, impian dan cita-cita besar itu aku raih dengan cara seperti ini. But, Sometimes, aku bertekad. Someday aku harus menggapai apa yang menjadi impianku selama ini.

Yaitu, menebar kebaikan melalui tulisan.

Bismillah, aku yakin aku bisa.

Tapi untuk kali ini, aku ingin mengabadikan rekam jejak tulisanku selama challenge lima belas hari yang lalu dalam kelas Bunda Berkisah.

Kisah pertama dan kisah-kisah berikutnya akan di post setelah tulisan ini. ^^