Hai, gimana kabarmu wahai puan yang selalu ku rindu? Apakah senyuman manja itu masih terpampang di wajah manismu? Apakah tatap matamu masih seteduh dulu?
Puan, masih ingatkah tentang cerita kita yang selalu yakin mampu melalui rintangan dan melawan semesta agar tetap bersama? Masih ingatkan dengan janji-janji untuk tetap setiap yang sering kali kita rapalkan bersama? Sekarang kemana keyakinan yang dulu pernah kau tunjukkan? Kemana janji yang pernah kau ucapkan?
Puan, setelah kau mulai menyerah dengan keadaan, aku kehilangan arah dan tujuan. Langit ku terasa runtuh saat kau memilih untuk pergi menghilang. Rumah tempat ku kembali sudah tak ada lagi, Puan. Kepergianmu terasa seperti mimpi buruk yang tak ingin ku kenang. Namun sayangnya, semua adalah realita yg harus ku terima dan ku hadapi.
Puan, tak adakah sedikitpun rasa mu untuk kembali? Tak adakah secercah harap tuh kita bersama lagi? Apakah semua sudah tak lagi bisa diulang seperti dulu?
Puan, maaf jika aku terkesan seperti mengiba untuk kita tetap bersama. Maaf, aku selalu lemah dengan rasa rindu yang hadir karenamu. Maaf, logikaku seringkali kalah dengan rasa yang kumiliki untukmu. Maaf, hatiku tak pernah bisa mengikhlaskan kata pisah darimu.
Puan, jika rasamu telah habis untukku, aku hanya minta ingat selalu namaku. Meskipun rasa mu sudah tak lagi ada untukku. Dan izinkan ku selalu merindu dan menunggu hadirmu, meski ini hanya sebuah penantian tak berujung, tapi aku selalu ingin menunggu mu. Karena, terlalu besar cinta dan rinduku untukmu, Puan.
~~•••~~
Karya:Jufa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar