Kau
hadir lagi kawan. Dan terasa begitu dekat dan nyata. Kau datang lagi, tapi
dalam diri seseorang yang bukan kamu. Dia membuatku begitu merindukanmu, sobat.
Dia membuatku teringat semua tentang kita. Dia membuatku ingin berlari menemui
mu dan memeluk mu erat. Karena kau begitu nyata dan ada dalam dirinya.
Masihkah
kau ingat sobat? Bagaimana cara Allh mempertemukan kita? Dan kemudian
mendekatkan kita? Hingga akhirnya menjadikan kita seperti adik dan kakak?
Masihkah
kau ingat sobat? Bagaimana caranya kau bercerita kepada ku? Bagaimana caranya
kau menangis kepadaku? Dan bagaimana takutnya dirimu saat aku tidak ada?
Masihkah
kau ingat sobat? Bagaimana caranya kau membuatku tertawa saat ku susah?
Bagaimana kau mengusap air mataku dan memelukku saat ku menangis?
Masihkah
kau ingat sobat? Saat kita saling marah? Saling terdiam seolah tak butuh?
Saling tangis dalam diam kerinduan? Dan kemudian saling peluk meredakan emosi,
memaafkan setiap kesalahan, dan menghilangkan kerinduan itu?
Masihkah
kau ingat dengan semua itu sobat?
Mungkin
kau terlupa, tapi aku tidak.. Dan mungkin tidak akan pernah terlupa. Masih
terlihat begitu jelas dan nyata, saat kamu memintaku untuk menjadi teman mu
yang bisa membantu dalam hal kebaikan. Masih terlihat begitu jelas dan nyata
saat kau menagih janji kepadaku karena ku terlupa. Sobat, masih terekam dengan
begitu nyata, saat kita saling mengukir janji untuk bertemu dan kembali
berkumpul di penjara suci itu. Padahal saat itu hatiku berada di kebimbangan
antara kembali dan tidak. Tapi ikrar janji dan dirimu menjadi kekuatan untuk ku
langkahkan kaki ini,sobat.
Sobat,
aku masih bisa melihat dengan jelas raut wajah mu yang lucu, aku pun masih bisa
mendengar jelas logat suara mu yang khas, dan seringkali itu semua membuatku
tertawa. Bahkan, raut wajah mu ketika marah, suara mu yang tak pernah ku dengar
ketika kau marah padaku, hingga basahnya matamu ketika kau menangis
melampiaskan kebencian yang terpendam, semua itu masih terekam begitu jernih di
ingatanku, sobat.
Semua
tentang kita masih terekam dan terlihat begitu nyata di ingatanku, sobat.
Menangis dan tertawa bersama. Saling menjauh dalam diam dan kemudian kembali
saling mendekat dengan sebuah pelukan.
Sobat,
ingatkah dirimu setiap malam menjelang dengan langit cerahnya, kita bersama
menatap bintang, mencari bintang yang paling terang. Hingga akhirnya kau begitu
menyukai bintang. Masihkah kau ingat, tiap hari minggu tiba, kita saling
menunggu siapa kah yang akan dijenguk. Aku? Ataukah kamu? Tapi kita tidak
pernah merasa iri dan merasa kesepian ketika salah satu di antara kia dijenguk.
Karena bagi kita, ibumu adalah ummiku, dan ummiku adalah ibumu. Begitulah yang
terjadi karena begitu eratnya ikatan persaudaraan yang terjalin antara kau dan
aku.
Sobat,
jika ku tuliskan semua cerita tentang kita, ku yakin seratus lembar pun pasti
tak akan cukup dan tak akan mampu mengobati kerinduan ini.
Sobat,
seandainya saja waktu bisa ku putar kembali. Pasti ku akan memilih untuk tidak
pernah mengatakan " aku akan pindah dan meninggalkanmu." Agar kamu
tidak pernah pergi dan meninggalkan ku lebih dulu.
Tahukah
kau, sobat? Perpisahan itu begitu menyiksaku. Dan semenjak itu, aku selalu
takut dengan kata perpisahan.
Sobat,
kini ku memiliki satu orang adik angkat. Kau tahu? Dia begitu mirip dengan
dirimu! Caranya membuat ku tertawa, caranya membuatku marah, hingga caranya
membuat ku ingin menangis!! Bahkan cara dia marahpun sama seperti diri mu. Dia
begitu membuat ku semakin merindukan mu, sobat.
Penjara
suci dan perpisahan itu selalu saja membuatku menahan tangis tiap kali ku
mengingatnya.
Sobat,
aku sangat merindukan mu.. bisakah kita seperti dulu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar