Labirin Rasa
Kita berjalan dan tersesat bersama di dalamnya.
Herannya, kita tak mencari jalan untuk keluar dari labirin ini.
Mungkin karena aku yang begitu menikmti kehadirannya. Larut dalam setiap cerita yang mengalir dari lisannya. Hingga yang hadiir dalam logikaku adalah bagaimana kebersamaan ini tak berkahir? Bagaiman caranya agar aku ataupun dia tak bertemu pintu keluar dari labirin ini.
Entah, mengapa bisa aku sebahagia ini saat bersamanya. Bersama terjebak dalam labirin rasa. Dan entah mengapa, ia pun seolah menikmati kebersamaan ini.
Setiap detik yang ku lalui bersamanya, mengasah rasa candu akan hadirnya menjadi rasa sayang yang mungkin sesaat lagi akan dipertajam dengan rasa cinta.
Konyol! Bodoh!! Jahat!!
Teriak logikaku mencoba mengehentikan langkah dan mengakhiri kebersamaan dengannya.
Namun hati kecilku tak mampu menjauh darinya meski selangkah.
Untuk saat ini, biarkan aku menikmati ketersesatan dalam labirin rasa ini.
Karena ku yakin, suatu hari nanti, labirin rasa ini akan hancur dengan sendirinya. Entah karena apa dan siapa penyebabnya.
Hei kamu, maaf ya.. Jika aku harus menahanmu dalam labiri rasa ini. Sungguh aku bahagia, di atas kebodohan dan ketersesatan ku dalam labiriin rasa ini. Aku bahagia menghabiskan banyak waktu bersamamu. Jika kelak kita berhasil keluar dari labirin ini, entah mengapa, aku hanya ingin kamu menjadi orang terakhir yang menemaniku melangkah menghabiskan sisa waktu yang ada.