Tanpa Status
Pernah terlintas dalam pikiran, kenapa ya? Aku harus ketemu dan kenal sama kamu? Kenapa kamu, seseorang yang awalnya begitu aku benci, sekarang bisa menjadi seseorang nomor satu di hati? Apapun dan bagaimanapun kondisiku, cuma kamu orang pertama yang ingin aku beri tau. Kemanapun aku akan pergi, atau darimanapun aku tiba, selalu kamu yang akan ku beri kabar pertama kali. Entah, segala cerita tentang apa yang aku lalui hanya ingin ku bagi denganmu. Tidak ada yang lain! Bahkan, perihal seseorang dari masa laluku yang tiba-tiba saja hadir kembali, aku pun ingin kamu mengetahui ceritanya.
Setiap respon yang kamu berikan, selalu menjadi perhatianku. Hingga tak jarang, selalu ada tanya, kita ini sebagai apa? Sebenarnya, kamu ini siapa bagiku? Atau siapa aku bagimu? Jika ku sebut kita hanyalah teman, tapi aku merasakan kita lebih dari itu. Jika dikatakan bahwa kita lebih dari teman, tak pernah ada perjanjian atau pernyataan serius baik dari kamu ataupun aku. Namun, entah kenapa selalu ada rasa takut yang tiba-tiba menghantui hatiku. Rasa takut kehilangan kamu, takut kamu jatuh cinta dengan orang lain, takut tiba-tiba kamu pergi dan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Intinya, aku takut jika suatu hari nanti kamu bahagia dengan orang lain. Aneh, ya? hhhfff. Aku pun gak ngerti dengan apa yang hadir dalam hati dan pikiran ini.
Kamu ingat? Saat tempo hari kamu bercerita tentang seseorang yang membuatmu begitu merasa kagum, hingga hadir rasa nyaman dalam hatimu, meski hanya menatap orang itu dari jauh. Saat kamu bercerita bagaimana khawatirnya kamu saat hilang kabar dari si dia yang kau kagumi itu. Dan rangkaian cerita lainnya tentang si dia yang kini singgah dalam hatimu. Kamu tau bagaimana perasaanku saat mendengar itu?
Ada perih yang seketika aku rasakan. Ada air mata yang ku sembunyikan. Serta ada rasa takut yang memelukku kian erat! Tapi aku harus sadar diri, bukan? Bahwa kita sedang berjalan di koridor tanpa status. Ya. Kedekatan kita, bahagianya aku saat bersamamu, rinduku saat jauh darimu, khawatirku saat kau tak ada kabar, semua berjalan pada koridor tanpa status. Maka, sudah semestinya aku mempersiapkan hati sejak saat ini, bukan? Jika suatu hari kamu pamit pergi untuk mencipta kebahagiaan yang lebih sempurna bersama dia.
Namun, sebelum kata pamit itu terlontar darimu, aku masih di sini, pada koridor tanpa status yang kita jalani, sambil menunggu kepastian darimu. Dan biarkan aku bahagia dengan kita yang seperti ini, paling tidak untuk saat ini saja.