Lelaki Bermental Baja
Lelaki bermental baja. Ku sebut dirinya seperti itu. Karena telah banyak cerita perjuangan yang ku yakini bahwa akupun tak akan pernah sanggup menjalani hari-hari seperti apa yang telah dilewatinya; kehilangan ayah di usia yang masih sangat belia, membantu ibu yang harus menghidupi keluarga, di saat yang sama pula dirinya harus berjuang untuk tetap melanjutkan pendidikan demi menggapai impiannya. Impiannya tergapai, namun perjuangannya tak berhenti di sana. Dirinya terus berjalan di atas koridor yang menyuarakan kebaikan. Hari-harinya selalu bising dengan rencana, target, juga aksi penyiaran kebaikan. Detak waktunya selalu sibuk memikirkan orang lain, memikirkan pendidikan anak-anak negeri yang tak mampu melanjutkan karena terhimpit ekonomi. Hingga pernah aku begitu cemburu dengan sikapnya. Dan ia hanya berkata, "kamu belum paham. Akan tiba waktunya kau mengerti kenapa semua ini harus dilakukan." Lalu aku hanya bisa terbungkam mendengar kalimat yang meluncur darinya.