Senin, 30 Juni 2025

Seindah Takdir-Mu

6/30/2025 07:34:00 PM 0 Comments


Jika kamu adalah takdir ku, maka segalahya menjadi masuk akal mengapa aku harus terluka dahulu,

Mengapa aku harus melewati malam-malam panjang yang dingin tanpa pelukan, dan mengapa aku  begitu lama merasa sendiri. Karena rupanya, semesta sedang mempersiapkan cara paling lembut untuk mempertemukanku dengan dirimu..

Aku tak lagi ingin bertanya siapa yang akan menggengamku saat aku rapuh, karena setiap detik bersama mu menjawab tanya itu dengan cara paling indah, dengan tatapan mu yang tenang dengan cara mu diam-diam menjaga, dengan hadir yang tak pernah memaksa tapi selalu ada.

Bayangkan, pagi hari yang biasanya biasa, berubah menjadi syair hanya karena ada suaramu yang menyapaku lebih dulu. Dan malam, yang dulu terasa kosong kini jadi surga kecil hanya karena kita saling bercerita meski hanya tentang hal-hal sederhana.

Jika kamu adalah takdirku, maka aku tak perlu banyak berjanji atau rencana yang berlebihan, cukup hatimu menetap di sisiku, cukup tanganmu tak melepasku di tengah badai, cukup kamu menjadi tempat ku pulang saat dunia terasa asing dan aku mulai goyah.

Dan jika benar kamu adalah takdirku, maka aku ingin mencintaimu seperti anugrah yang di jaga sepenuh jiwa bukan dengan tergesa, tapi dengan kesandaran bahwa kehadiranmu adalah sesuatu yang takpernah kupinta, namun selalu aku sykuri dalam setiap helaan nafas dan sujudku yang paling lama.

Karena bersamamu...segalanya terasa seperti puisi yang ahirnya menemukan bait terahirnya penuh makna, dan berahir dengan Damai.

Sabtu, 28 Juni 2025

Sembuh Bersamamu

6/28/2025 07:31:00 PM 0 Comments


Hai Tuan, seberapa ingin tahu kau tentang aku? Kemarilah, dan akan aku ceritakan sedikit perihal tentang diriku.

‎Tuan, aku pernah melewati hari-hari yang begitu menyakitkan. Aku pernah merasa sangat dicintai, merasa bahwa aku akan menjadi satu-satunya wanita yang selamanya diratukan. Saat itu, aku selalu merasa bahwa aku adalah wanita yang paling dicintai di bumi ini. Aku merasa, bahwa aku adalah satu-satunya wanita paling beruntung karena bisa bersanding dengannya.

‎Tapi Tuan, semua itu hanya sekejap ku rasakan. Perasaan bahagia dan juga keberuntungan itu, hanya sesaat singgah dalam hidupku.

‎Setelah aku dibuat melayang terbang tinggi olehnya, aku dihempaskan dengan sangat tidak berharga. Aku seperti terbuang, dan terasingkan. ‎Segala kecewa dan kesakitan terlalu banyak harus aku lalui. 

Padahal, aku pernah mencipta tawa dalam hari-harinya. Aku pernah berpura-pura kuat agar ia bisa bersandar saat keberuntungan sedang tak berpihak padanya. Aku pernah menghabiskan waktu dan pikiranku untuk bisa membuatnya merasa nyaman dan aman. Tapi semua itu seolah lenyap begitu saja. Ketika ia menemukan rumah baru yang membuatnya jatuh cinta setiap detik. 

Mungkin dulu, aku menghadapi itu dengan rintik air mata. Tapi kini, aku di sini memilih bersamamu. Menikmati pulih yang sebentar lagi terasa sempurna. Setelah ditemani sang waktu, aku tertatih berjalan  untuk mengobati luka yang  ada.

‎Saat ini, di sini aku bersamamu, merasa benar-benar sembuh karena hadirmu.

‎Kamu, yang dengan berani mencintaiku tanpa alasan. Meski kau tau, banyak luka yang masih harus aku sembuhkan. Tapi kamu memilih untuk tetap tinggal bersamaku. Membiarkan aku sembuh bersamamu.

‎Terimakasih Tuan, kini kau tau bukan? Betapa berharganya kamu untukku. 

Sabtu, 07 Juni 2025

Sejak Kau Tak Ada

6/07/2025 09:34:00 AM 0 Comments


Sejak malam pertama kau terpejam untuk selamanya, isi kepalaku sangat berisik. Semakin gaduh ketika hatiku ikut berteriak mengeluarkan tanya yang tak akan pernah ku dapati jawabannya. 

"Kenapa sekarang?"

"Kenapa tak ada pamit dan salam perpisahan?"

"Bagaimana hari-hariku berikutnya tanpa mu?"

Dan masih banyak sekali pertanyaan kenapa dan bagaimana yang menari di kepalaku. 

Semua pertanyaan itu, mendorong kaki ku untuk terus melangkah mencari jawabannya sendirian. 

Sekali waktu aku terjatuh. Meringis. Menahan perih sendiri. 

Tapi suaramu menggema dalam ingatan. "Kamu bukan anakku yang lemah. Kamu gak boleh menyerah sebelum berperang. Kamu bisa melewati semuanya. Anakku, adalah anak yang tangguh! Yang hebat! Yang selalu aku banggakan!" Semua kalimat itu membuat kakiku kembali kuat berdiri, dan kembali melangkah untuk menemukan jawaban demi jawaban. 

Ayah...  Tapi sering kali aku merasa tak seperti apa yang kau katakan. Seringkali aku merasa gagal menjadi anak kebanggaanmu.

Sejak kau tak ada... Semua tak lagi sama, Ayah. Aku enggan mengatakan hidup ini kejam sejak kepergianmu. Tapi aku mencoba melihat dan menerima bagaimana dunia begitu keras membentuk diriku untuk menjadi tangguh seperti apa katamu. Aku juga mencoba memahami maksud baik Tuhan atas kepulanganmu.

Ya. Karena pada nyatanya, tak ada takdir dan ketetapan Tuhan yang tak baik untuk setiap hamba. Hanya saja, kita sering lari dari kenyataan dan mengatakan bahwa Tuhan tak adil, atau dunia yang terlalu kejam. 

Dan aku yakin kau akan sangat marah jika aku memaki Tuhan atau menyalahkan dunia atas kepulanganmu. Aku juga yakin, kau tahu, bahwa sejak kau tak ada, aku rapuh, aku hancur, tapi aku mampu untuk tetap berdiri dan terus berjalan ditemani lapisan rindu untukmu, serta lapisan percaya kelak kita akan kembali bertemu. 

Rabu, 04 Juni 2025

Hari Ini Aku Memilih Diriku Sendiri

6/04/2025 04:35:00 PM 0 Comments

Cinta yang seperti apa lagi yang harus aku percaya? Ketika orang yang sangat aku cinta, bisa dengan mudahnya mengkhianati. Kepercayaan seperti apa lagi yang harus ku bangun tinggi? Jika ternyata, orang yang membangun kepercayaan bersamaku, justru ia yang menghancurkannya tanpa bersisa.
Kerinduan seperti apa lagi yang harus ku rapalkan dalam sunyinya malam, ketika seseorang yang sangat aku rindukan bisa dengan mudahnya mengabaikan segala perasaan dan pengorbananku.

Rasanya sakit!
Rasanya terlalu limbung aku menghadapi ini!

Aku mencoba menambal hatiku dengan harapan, tapi harapan itu rapuh, ia mudah retak oleh kenangan-kenanganmu yang datang tanpa izin.
Aku pernah percaya, bahwa cinta adalah tentang bertahan dan saling menggenggam, bukan tentang siapa yang paling dulu melepaskan. Tapi kamu justru menghancurkan percaya itu, menjadikan aku seperti rumah yang tak layak pulang, seperti tumpuan yang tak lagi kau butuhkan.
Kini aku tak lagi menanti. Bukan karena rasa ini mati, tapi karena aku memilih untuk mencintai diriku sendiri lebih dulu. Sebab dari semua kehilangan, yang paling perih adalah kehilangan diriku saat memperjuangkanmu.
Dan jika suatu hari kamu bertanya, mengapa aku tak lagi ada di tempat yang sama— jawabannya sederhana: aku lelah berlari dalam lingkar luka yang kamu ciptakan sendiri.
Aku pernah menatapmu dengan begitu percaya bahwa kamu berbeda, tapi nyatanya aku salah menilai. 
Jika kamu pernah melihatku yang paling berisik di hari-harimu, hari ini aku memilih diam, bukan karena tak peduli. 
Aku hanya mulai belajar bahwa tidak semua yang kita perjuangkan harus kembali. Bahwa tidak semua yang diharapkan adalah yang terbaik. 

Aku lelah dengan cukup terluka, dan kini aku ingin sembuh. 
Aku tak ingin lagi menyalahkan siapa pun, juga tidak ingin terus bertanya pada semesta.

Mungkin ini bukan akhir yang kuharapkan, tapi ini adalah akhir yang harus kuterima dan ku jalani. Seperti kamu, yang sudah terus melangkah melanjutkan hidup dan bahagia. 

Dan meskipun namamu tak lagi ku pinta dalam doa, tapi aku tetap mendoakanmu… diam-diam, dalam hati yang perlahan belajar ikhlas.