Allah, Sang Pemberi Rezeki
‘Telur habis, minyak goreng menipis, gula habis. Hhhfff besok harus belanja lagi kalau begitu.’ Desis bu Ratna setelah mengontrol keadaan dapur asrama.
Keadaan pondok pesantren yatim dhuafa yang dikelola bersama mediang
suaminya sedang tidak baik-baik saja. Terutama dalam keadaan pemasukan
finansial. Ia harus benar-benar putar otak untuk mengatur keuangan yang
pemasukannya tak seberapa. Tak jarang ia mengetuk pintu menjalin silaturrahim
kepada orang-orang yang pernah menjadi bagian dari donatur pesantren, dan
meminta sedikit infaknya untuk pesantren. Agar dapur bisa terus ngebul.
“Ya Allah, Ya Rabb… bantu kami. Kirimkanlah rezeki untuk anak-anak
santri kami melalui orang-orang baik yang Engkau gerakkan hatinya. Cukupkanlah
segala kebutuhan mereka ya, Rabb. Dzat yang Maha Pengasih Maha Penyayang.”
Pinta Bu Ratna pada suatu malam seusai tahajudnya. Ia tahu, bahwa hanya ada
satu dzat yang tidak pernah mengecewakan dan akan selalu mengabulkan segala
permintaannya, Allah. Entah bagaimana cara-Nya, seringkali Bu Ratna merasakan
Maha Kuasanya Allah dengan mengirimkan orang-orang baik yang mencukupi
kebutuhan makan sehari-hari untuk anak-anak santri di tempatnya.
Keesokan harinya, ia mendapat kabar bahwa akan ada salah seorang kerabatnya
yang ingin berkunjung. Tentu hal tersebut disambut dengan sangat baik oleh Bu
Ratna. Pukul sembilan pagi, sang kerabat yang ditunggu pun tiba.
“Berdua aja?” tanya Bu Ratna menyapa sang kerabat saat baru tiba.