Jika ada kesempatan satu jam berjumpa dengan seeorang yang telah tiada, maka Ayah adalah orang pertama yang ingin kutemui.
Mungkin akan kuhabiskan waktu sejam hanya bersamanya. Membayar rindu ribuan hari yang telah terlewati tanpanya.
Akan aku rangkum cerita panjang yang selama ini kusimpan agar ia dengar dengan singkat. Lalu ku dekap tubuhnya yang gagah sebagai pelepas rinduku yang telah membuncah. Akan kupinta satu kalimat nasihat sebagai penguat langkahku berikutnya. Akan kudengar dan rekam dengan baik semua nasehatnya.
Ayah ... jika saja keajaiban satu jam itu ada.
Aku rela menemanimu berjalan-jalan sejenak seperti ajakanmu malam tadi pada bunga tidurku.
Aku rela mendengar candamu, dan tertawa bersamamu lagi
Aku rela jika harus berulang kali mengambilkan air hangat dalam gelas khusus milikmu.
Aku bahkan rela jika harus mendengar amarahmu sepanjang satujam itu. Karena mungkin dirimu telah melihat tingkahku yang mengecewakan.
Aku rela melakukan semua itu. Asal aku bersamamu. Menikmati waktu satu jam keajaiban yang Tuhan berikan.
Namun sayangnya ... kesempatan satu jam itu hanya akan berhenti pada garis harapan. Tidak akan pernah berubah menjadi nyata.
Karena hakikatnya ... setiap diri yang telah berpulang ke sisi Tuhannya, tak akan mungkin kembali pada pangkuan manusia.
Ayah ... Harapku masih sama ... semoga ada temu dengamu di surga-Nya suatu hari nanti. Meski hanya satu jam lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar