Hai biru ... kali ini aku datang kembali menemuimu
Menatapmu di padang rumput hijau pada peraduan itu
Menikmati tiap bentangan luas yang meneduhkan hatiku
Tempat di mana aku selalu melukis di kanvas perasaanku
Biru ... aku ingin menceritakan sebuah kisah elegi
Tentang monolog hati yang sedang kuperankan sendiri
Mungkin ini akan menjadi kesalahan paling dicinta
Dalam sejarah yang kubukukan dalam kisah paling lara
Tentang diriku yang terjebak rasa rumit yang mungkin salah
Aku 'tak membencinya, aku hanya merasa 'tak berdaya dan lelah
Hanya sesak yang menyakitkan di relung dadaku yang menghujam
Yang kini kurasakan, hanyalah sebuah sakit yang mendalam; dan
Bodohnya, aku selalu menikmati semua getir-getir itu
Hanya karna keinginan paling egois yang merasukiku
Walaupun, terkadang hati selalu bertanya melalui sirat
Inikah cinta 'tak beralasan atau 'tak bersyarat?
Walaupun air mata dan hujan selalu hadir menemani
Walaupun kita bagaikan karang kecil dan ombak sunyi
Walaupun kita bagaikan rembulan terang dan bintang membiru
Dengan naifnya, ia selalu mempunyai tempat di hatiku
Sepertinya Tuhan sedang mencoba bergurau denganku
Ketika Tuhan membuat sirna dalam sekejap ikatan itu; dan
Namum, semua itu hanyalah kisah dari memoar masa lalu
Yang selalu ingin kubawa kembali dengan mesin waktu
Kini, aku harus melepasnya dari genggaman rasa yang salah
Dalam pasrah; dalam lelah; dalam sumarah; meski berdarah
Kepadamu, bentang langit yang kupanggil dengan nama Biru
Meski ragaku menginginkan temu, izinkan aku pamit dengan sayatan sembilu
~~~••••~~~••••~~~~
Tegal, 26 Juli 2023
Karya; Nara92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar