Sabtu, 18 September 2021

Lelaki Masa Lalu


Syakila masih tertegun di tempatnya, gemuruh di dadanya begitu dasyat saat ia melihat sosok pria yang menjadi bayang masa lalu itu kembali hadir di hadapannya. Tiga tahun lalu Syakila dengan pria itu memutuskan untuk tidak lagi bersama. Mengakhiri kisah tentang mereka yang sudah terjalin cukup lama.

"Aku ingin kita selesai di sini, Banyak hal yang mungkin harus kita perbaiki. Aku pikir kita lebih baik masing-masing dulu." 

Kalimat yang dilontarkan tiga tahun lalu oleh Syakila, kembali berputar kembali di telinga dan juga ruang memorinya dengan sangat jelas. Saat itu,

dia memutuskan untuk melepaskan pria yang berada di hadapannya saat ini. Hari itu, ia merasa begitu mudah memutuskan untuk melepaskan dan meninggalkan pria yang berada dihadapannya. Walau tak dapat dipungkiri, hari itu, hatinya pun begitu berat melepaskan dan meninggalkan Rayhan, pria yang berada di hadapannya saat itu. 

"Maafkan aku, La. Maafkan aku yang terlalu egois." Jawab Rayhan saat itu. Kalimat terakhir yang Syakila dengar sebelum akhirnya mereka benar-benar berpisah. Menutup buku perjalanan kisah kasih Syakila dan Rayhan. Syakila yang ingin sekali menumpahkan air mata dan memeluk Rayhan untuk yang terkahir kalinya, sekuat mungkin ia tahan. Ia membiarkan Rayhan membalik badan dan berjalan pergi meninggalkannya. Walau kalimat perpisahan itu dengan ringan terucap darinya, ia sadar, bahwa satu hal yang akan begitu sulit ia hadapi setelah ini adalah melupakan lelaki itu.

Tiga tahun berpisah, tanpa ada kabar dan komunikasi sedikitpun, tidak membuat Syakila mampu melupakan Rayhan. Sesekali ada rindu yang begitu menyesakkan dada, namun perjalanan hijrahnya setahun terakhir membuat ia semakin kuat berusaha melupakan Rayhan. Usahanya sudah hampir berhasil. Hingga hari ini tiba. Hari dimana mereka kembali dipertemukan.

"Kamu?" Ucap Syakila tak percaya saat melihat sosok Rayhan berada dihadapannya, bahkan di rumahnya.

Raut wajah Rayhan pun sama terkejutnya dengan Syakila. Sederet pertanyaan tiba-tiba saja muncul dibenaknya.

"Kamu sudah kenal dengan Ka Syakila?" Tanya Naava, adik Syakila.

"Ya." Jawab Rayhan dengan tatapan mata masih tertuju kepada Syakila.

Syakila yang menggunakan gamis sederhana berwarna hitam dan berbalut hijab biru bermotif, segera menundukkan pandangannya. 

"Dia kakak ku, Kakak perempuanku satu-satunya." Ucap Naava memperkenalkan Syakila kepada Rayhan.

Setelah kalimat itu Syakila tidak lagi terfokus pada apa yang Naava sampaikan. Dalam benaknya timbul banyak pertanyaan yang mungkin sama dengan apa yang dipikirkan Rayhan. Pikirannya penuh dengan pertanyaan, dan Syakila memutuskan untuk bertanya setelah acara lamaran sang adik selesai. Di tengah acara lamaran yang sedang berlangsung, Syakila memilih untuk beranjak meninggalkan ruangan, dan menyendiri di taman belakang. Keadaan ini begitu menyesakkan bagi Syakila.

Dia yang begitu sulit kamu lupakan, kembali datang, bisik hati kecil Syakila yang sedang termenung sendiri di taman belakang rumahnya.

"Ka, Mas Rayhan mau ketemu." Ucap Naava sambil duduk di kursi samping Syakila.

"Ka.... itu Mas Rayhan mau bicara sama Kakak." ucap Naava lagi dengan menepuk kecil pundak Syakila, dan membuyarkan lamunan Syakila.

"Oh, iya. Bilang ke dia nanti Kakak ke sana." Jawab Syakila. 

Naava pun langsung beranjak pergi menyampaikan pesan Syakila. Tak lama, Syakila menghampiri Rayhan yang sudah menunggunya di teras.

"Hai." sapa Syakila sambil duduk di kursi samping Rayhan. Jarak mereka hanya dibatas dengan meja kecil yang berada di antara mereka.

"Hai, apa kabar?" tanya Rayhan dengan tatapan yang begitu sulit diartikan

"Seperti yang kamu lihat, aku baik." jawab Syakila.

Beberapa saat mereka saling terdiam. Mereka terlalu sibuk memilih pertanyaan untuk dilontarkan. Hingga kemudian, Rayhan memecahkan keheningan.

"Sejak kapan berhijab?"

"Baru setahun terakhir ini."

"Lama enggak ada kabar, sekarang justru ketemu dengan kamu yang seperti ini, dengan cara seperti ini pula." Ucap Rayhan disusul dengan senyum getir.

"Selamat ya. Selamat untuk pertunangan kamu dan Naava." Ucap Syakila yang ingin mengalihkan pembicaraan Rayhan.

"Berarti kamu calon adik iparku." Lanjut Syakila diiringi dengan tawa kecilnya. Rayhan hanya menanggapi dengan senyum getirnya.

"Kenapa dulu kamu gak banyak cerita tentang keluarga kamu? Kalau sejak dulu keluarga kita saling kenal, mungkin ini tidak akan terjadi." Tanya Rayhan dengan menatap Syakila begitu dalam.

Syakila mengalihkan pandangan, tak ingin membalas tatapan Rayhan. Dadanya sudah begitu sesak sejak tadi. Ia tak ingin Rayhan melihat matanya yang sebentar lagi basah.

"Menyesali takdir Allah pun tidak ada gunanya, kan?" Jawab Syakila.

"Iya memang, tapi La.."

"Aku titip Naava, Ray. Dia adik perempuan ku satu-satunya. Aku tahu dia sangat mencintai kamu. Dia beberapa kali cerita kepada ku tentang seorang lelaki yang membuatnya mantap melangkah ke jenjang ini. Aku tidak pernah tahu jika lelaki itu adalah kamu. Dia tidak pernah mengenalkannya kepadaku, persis aku dulu yang tidak pernah mengenalkanmu kepada keluargaku. Dia bilang, kalau waktunya sudah tepat, kakak akan aku kenalkan dengan lelaki ini. dan aku pikir, hari ini adalah hari yang tepat." Ucap Syakila memotong kalimat Rayhan.

Rayhan terdiam mendengarkan ucapan Syakila. Ada sesak yang tiba-tiba menyeruak di sela dadanya. 

"Aku tidak enak dengan Naava terlalu lama di sini bersama kamu, aku pamit Ray.." lanjut Syakila sambil bangun dari tempat duduknya.

"Maafkan aku, La. Tapi kamu harus tahu, aku kangen kamu, La." ucap Rayhan menahan langkah Syakila yang ingin memasuki rumah.

"Ingat Ray! Kamu adalah calon suami adikku, Naava. Antara kita sudah selesai tiga tahun yang lalu." Jawab Syakila pelan, tapi begitu dalam menampar hati Rayhan

Syakila segera meninggalkan Rayhan tanpa menoleh lagi sedikitpun. Syakila pun langsung memasuki kamarnya. Mengunci diri di dalam kamar. Membiarkan lahar panas di matanya mengalir membasahi hijab biru yang ia kenakan. Hanya ini cara yang bisa ia lakukan demi melepaskan sesak yang sejak tadi memeluknya.

Dia kembali datang, La. Tapi bukan untuk menjadi lelaki masa depanmu. Dia tetap menjadi bagian dari masa lalu. Dia adalah lelaki masa lalu, kamu. Sekuat apapun kamu berharap, jika Allah telah menjodohkan dia untuk Naava, kamu bisa apa? Kamu yang begitu mudah meninggalkannya pada nyatanya kamu sendiri yang akan sangat sulit melupakan, karena dia akan menjadi bagian dari keluarga ini. Menyesal pun tak ada gunanya, La.

Ingat Syakila, apa yang menurutmu baik belum tentu demikian dalam versi Allah, apa yang kamu pikir tidak baik, belum tentu juga seperti tu menurut Allah

Hati kecil Syakila berucap, menguatkan dirinya sendiri. Syakila harus membangun pikiran bahwa Rayhan hanyalah lelaki dari masa lalu yang tidak dapat menjadi masa depannya. Karena ia begitu menyayangi dan mencintai Naava. Ia tidak ingin adiknya terluka karenanya. Maka Syakila tetap pada keputusannya yang dulu, menutup buku kisa kasih antara dirinya dengan Rayhan dan tidak akan membukanya kembali. Rayhan yang saat ini dan esok bukan lagi Rayhan yang dulu bagi Syakila. Rayhan yang sekarang hanyalah lelaki masa lalu baginya, dan lelaki masa depan bagi Naava, adik kesayangannya. Walau berat, namun Syakila harus belajar untuk mengikhlaskan keadaan ini. Karena dia yakin, Allah sedang menyiapkan lelaki masa depan terbaik versi Allah.

4 komentar:

  1. MasyaAllah, keren cerita nyaa, bikin baper.. Huhu

    BalasHapus
  2. Sumpah Kren sih😍
    Biasanya cewe yg bisa gtu😁
    Cowok mah boro2😁😁😁

    BalasHapus
  3. Terharuu baca cerpennya. Keren,, keren. 👏👏

    BalasHapus