Miss You Mother in law
Anonim
5/05/2014 09:26:00 PM
0 Comments
Gak kerasa banget... udah 40 hari lewat tiga hari ibu gak ada... setiap kali ingat beliau, aku selalu rindu dengan tawanya,, senyumnya,, nasihatnya,,
Walau hanya duapuluh setelah pernikahan aku bareng beliau, tapi ilmu dan pelajaran hidup yang beliau berikan begitu banyak. Aku memang bareng beliau memang baru duapuluh hari, tapi, lama sebelum hari pernikahan, aku telah mengenal beliau, sudah banyak ngobrol dengan beliau, dan sudah banyak mendapatkan ilmu kehidupan dari beliau.
Beliau adalah sosok yang begitu kuat, penyabar, tegar, hampir tidak pernah berpikir jahat kepada orang lain, dan tentunya periang, ceria. Empat puluh hari lewat tiga hari yang lalu, beliau pulang ke sisi Allah. Mungkin Allah merindukan beliau untuk segera "pulang". Beliau "pulang" dalam keadaan sakit. Kanker payudara stadium 4, begitu kata dokter ketika aku dan suami ku bertanya kepada dokter yang menangani ny. Kami pun sangat kaget, dan percaya tidak percaya. Sebelumnya yang kami tau hanya liver dan tulang bagian belakang ibu yang bermasalah, tapi ternyata, sakit liver dan tulang belakang yang ibu rasakan berasal dari kanker payudaranya yang sudah stadium 4, si virusnya itu sudah menyebar ke bagian liver, tulang belakang, bahkan limpa.
Tapi, jauh sebelum ini ibu sudah sakit, terkena penyakit kulit yang menurut ku tidak wajar, karena hanya di bagian pergelangan tangan hingga jari-jari tangan dan di bagian muka... dan usut punya usut, ternyata memang ibu terkena penyakit itu karena "dikerjain" oleh orang yang tidak suka kepada ibu. Tapi, apa yang dikatakan ibu ketika sudah diketahui ternyata begitu? Ibu hanya berkata "Gak boleh suudzon sama orang, kan belum tentu juga. Ibu mah gak mau lha percaya begitu-begitu.."
Ketika duapuluh hari bersama ibu dirumah, dengan kondisi terbaring begitu saja ibu masih bisa tertawa, bercanda, menghibur ku, menceritakan kepada ku tentang banyak hal, mengingatkan aku tentang banyak hal pula. salah satunya tentang apa yang harus ku lakukan nanti ketika aku punya anak nanti. Dan aku hampir tidak pernah mendengar ibu mengeluh dalam rintihan sakitnya. Yang selalu ibu ucapkan kala itu hanyalah lafadz Allah.. lafadz tasbih, dan istighfar. Ibu tidak pernah mengeluh kepada keadaan nya yang seperti itu. Bahkan, tak jarang aku mendengar ibu berdoa sambil menahan rasa sakit di bagian tulang belakangnya. Doa yang sering aku dengar tiap kali ibu menahan sakit saat itu adalah "Ya Allah, jika memang ada yang mendzolimi hamba, ampuni mereka ya Allah, sadarkan mereka Ya Allah, jangan kau hukum mereka, Ya Allah berikanlah keberkahan untuk anak-anakku, untuk menantu ku, berikan mereka kesabaran merawat ku yang sedang sakit ini, Ya Allah,, janga biarkan aku terlalu lama menyusahkan anak-anak ku ini Ya Allah.."
Bahkan, ibu sering meminta maaf kepada ku karena merasa menyusahkan aku, ibu bilang "Maaf yah de,,, ibu jadi nyusahin yah? ngerepotin yah? penganten baru diganggu ibu yah? kamarnya di pake begini.. maaf yah dee..." dan aku hanya bisa jawab "Ibu apaan sih...! gak boleh begitu akh...ibu gak boleh ngomong begitu.. ini kan udah kewajiban dd sama mas.. dd seneng ko ibu disini... ibu gak boleh mikir begitu... ibu harus yakin kalau ibu bakal sembuh yah...dd sayang ibu.. dd mau ibu sembuh.." dan ibu hanya tersenyum mendengar jawaban aku..
Hari selasa malam, sebelum ibu masuk rumah sakit di hari Rabu, saat ibu mau tidur, tiba-tiba aja ibu membalikkan badannya, jadi menghadap ku, dan ibu bilang sambil ngusap pipi ku dengan suara menahan sakit "De... ibu sayang banget yah sama dede... ibu sayaaaaang,,, bangeeet sama dede..." dan aku pun jawab "Dede juga sayang ibu... dd sayang banget sama ibu.. dede mau ibu sembuh... sekarang ibu tidur lagi yah,,, dede usapin lagi belakangnya, sambil dd tilawah,,biar ibu cepet istirahat,, dan ibu jadi cepet sehat,,yah?" Ibu pun pelan-pelan membalikkan lagi badannya..dan aku pun mulai mengusap-usap punggung ibu..
Esoknya, hari Rabu, ibu masuk Rumah sakit,, dan Hari sabtu malam, 22 Maret 2014, pukul 20.27 Ibu menghembuskan nafas terakhirnya.. Ibu istirahat untuk selamanya.. Semoga sejak saat itu, ibu istirahat dengan tenang, setelah duapuluh terakhir