Aku sedang berusaha...
Berusaha berhenti mencintaimu secara diam-diam. Berusaha sebaik mungkin untuk menjauh.
Berusaha membiasakan diri hidup tanpa kamu di dalamnya. Berusaha tak lagi menoleh ke belakang, tak lagi mencari bayangmu di antara keramaian yang asing.
Mencoba menutup hati rapat-rapat, agar namamu tak lagi menyelinap masuk.
Membiasakan diri dengan hari-hari yang sunyi tanpamu, walau kadang aku mendengar suara yang tak lagi ada: suaramu.
Tiap malam, aku meninabobokan rinduku sendiri.
Meyakinkan hatiku bahwa aku baik-baik saja. Berpura-pura lupa pada hal-hal kecil yang dulu menghangatkan hari-hariku.
Berusaha tegar, seolah kau tak pernah menjadi alasan dari setiap senyum dan luka yang kutanggung diam-diam.
Membujuk diri sendiri bahwa aku mampu, meski langkahku kadang gemetar, dan dadaku seringkali terasa sesak oleh kenangan.
Tapi, hari ini...
Entah bagaimana, dadaku terasa seperti diketuk—pelan tapi membuatku limbung.
Seolah hatiku memanggilmu lagi, dengan suara yang nyaris tak sanggup kuabaikan.
Tiba-tiba aku ingin tahu kabarmu.
Tiba-tiba aku ingin kamu tahu bahwa ada seseorang di sini, yang masih menyimpan namamu dalam doa paling sepi.
Tiba-tiba aku kehilangan semua kekuatan yang sudah susah payah kupupuk.
Rindu itu datang tiba-tiba.
Tanpa permisi, tanpa alasan logis yang bisa kupegang.
Dan aku, seperti bodoh yang lama tak belajar, kembali membuka pintu rindu yang selama ini kuusahakan untuk tertutup rapat.
Aku tak tahu harus bagaimana...
Selain mengirimkan satu pesan singkat padamu.
Bukan untuk memintamu kembali. Bukan untuk memohon apa-apa.
Aku hanya ingin kau tahu, bahwa aku rindu.
Sebatas itu.
Karena selebihnya, aku tahu tempatku bukan lagi di sampingmu.
Karena aku tahu...
Terlalu mencintaimu hanya akan melukaiku lagi.
Dan menyampaikan rinduku padamu pun, tak akan mengubah apa-apa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar