Tuhan Tolong Jaga Dia
Ada sakit yang tak mampu ku lukiskan seperti apa. Saat berulang kali kau mengatakan, "aku pamit, ya?" sedangkan kau tau, betapa aku ingin kau selalu ada bersamaku. Aku tau, bukan aku saja yang terluka pada keadaan ini. Kamu pun sama sakitnya! Namun hebatnya, logikamu menjadi kompas yang selalu mengarahkanmu dengan tegas, sementara aku tersesat dalam labirin emosiku sendiri. Realita, dan perasaanku menjadi pukulan untuk hatiku sendiri. Sehingga aku hanya merasa semakin terluka karena pamit serta pergimu.
Aku tau ini salah. Berkali-kali kamu pun mengatakan ini adalah kesalahan. Kamu tak menyalahkanku memang, tapi aku pun tak ingin kamu terus menyalahkan dirimu. Agar adil, katakanlah bahwa ini adalah kesalahan kita bersama.
Karena kau datang hanya sekadar mengetuk pintu, namun aku memilih membuka pintu dan mempersilahkan kau masuk dalam rumah yang mestinya ku kunci serapat mungkin dari orang asing. Sayangnya, aku menaruh harap bahwa kau akan menetap. Padahal aku tau, kau tak akan pernah bisa menetap dalam rumahku.
Berkali kau pamit, berkali-kali itu pula aku menahanmu untuk menetap lebih lama. Dan pada akhirnya, sang waktu membawa keadaan dimana pamitmu menjadi nyata. Tak ada lagi iba yang kau hiraukan. Tak ada lagi permintaanku yang kau jadikan nyata. Kamu pergi dengan suka cita. Kamu melangkah tanpa beban apapun yang tersisa. Meski kamu tau, salam kepergianmu pasti menorehkan luka untukku yang masih ingin bersama.
Langkahmu tegap sekali tanpa aba-aba. Menoleh sekali lagi untuk mengucapakan selamat tinggal pun tidak ada. Kau menjauh dari rumahku dengan membawa sepotong hati yang sempat ku berikan pada mu. Setelah sekian jauh langkahmu pergi, Jangan berharap kalimat "semoga kau bahagia bersama pilihanmu" mengalun dari lisanku, atau tertulis dalam kotak pesan yang tertuju pada mu. Karena menghadapi kepergianmu dengan cara seperti ini sangat menyakitkan bagiku.
Bahkan, aku pun sekarang tak tau, apa yang akan ku pinta pada Tuhan perihal dirimu selain, "Tuhan, tolong jaga dia sebaik mungkin." Karena sekarang tak penting bagiku kau bahagia dengan siapa, karena hal terpenting saat ini adalah kau selalu dalam penjagaan Tuhan.