Rabu, 21 Agustus 2024

Berdamai Dengan Kenyataan

8/21/2024 10:46:00 AM 0 Comments

Amarahku sudah mereda sejak lama. Bahkan saat namamu ku dengar disebut oleh siapapun, aku tak lagi merasakan getar amarah dan kebencian yang sempat memelukku dengan begitu hebatnya.
Jika kini kau melihat aku bisa tersenyum atau bahkan tertawa lepas, percayalah bahwa aku pernah berada di hari-hari bagaimana ku lupa caranya tersenyum. Aku pernah berada  di masa tak tau bagimana menghentikan rintik air mataku.
Tenanglah, kini amarahku telah mereda, tangisku tak lagi bercucuran air mata. Tapi maaf, luka yang kau cipta perihnya masih terasa begitu nyata. 
Tak usah khawatir, aku akan berjuang untuk berdamai dengan kenyataan yang tak pernah ku rencanakan ini. Aku akan berdamai dengan realita bahwa kini kau tak lagi milikku. Karena ku sadar, untuk melupakanmu adalah hal yang teramat sulit bagiku. Kenangan bersamamu terlalu banyak terekam dalam memori. Maka berdamai dengan kenyataan menjadi jalan terbaik yang ku pilih.
Aku yakin, saat ku telah sangat berhasil berdamai dengan kenyataan yang ada, bukan saja amarah dan tangisku yang mereda, namun juga tak ada lagi sakit yang tersisa. 

Jumat, 02 Agustus 2024

Hanya Perlu Terbiasa

8/02/2024 09:54:00 PM 0 Comments

Siapa kira, jika dia yang dulu pernah membuatku merasa betapa indahnya rasa jatuh cinta, kini mencipta kehancuranku yang begitu paripurna? Cermin cinta yang ku punya dan ku jaga dengan begitu baiknya, dijatuhkan hingga hancur berkeping. Hingga akhirnya tak ada lagi daya ku untuk memperbaikinya.

Siapa bisa mengira, bahwa ceritaku dengannya akan seperti ini sekarang? Kembali ke titik awal, seperti tak pernah saling kenal. Kembali saling diam, tak pernah lagi ada sapa. Kami layaknya dua orang asing yang tak sengaja berpapasan di jalan. Hanya sekilas bersitatap, namun tak ada satu kata pun terucap. Kami berjalan menuju tujuan masing-masing.

Aku yang begitu pernah berharap bahwa ia akan menjadi rumah terakhirku, yang akan selalu menjadi tempatku berteduh dari panasnya ujian hidup, atau tempatku mencari kehangatan dari dinginnya sikap manusia-manusia tak bersahabat, justru kini menjelma menjadi orang asing yang tak lagi ku kenal!

Aku pernah membayangkan betapa rapuhnya aku jika harus kembali berjalan sendirian menghadapi kehidupan yang penuh kejutan ini. Aku pernah merasa dan berpikir, bahwa dia adalah satu-satunya yang mampu menjadi pegangan untuk membimbing langkahku. Namun nyatanya tidak!

Keadaan kini memaksaku untuk tetap melangkah, berjalan bahkan berlari kencang meski tanpa dia di sisi. Aku hanya perlu untuk terbiasa menjalani hari-hari tanpanya. Segala hal yang ku takutkan hanya perlu untuk dihadapi. Bahkan berulang kali aku mencoba untuk melupakannya pun aku selalu gagal! Hingga akhirnya aku disadarkan dengan sebuah ucapan, bahwa perihal melupakan adalah suatu hal yang tidak mungkin bisa ku lakukan. Karena sejatinya, aku hanya perlu untuk terbiasa. Terbiasa tanpanya. terbiasa untuk tidak mencarinya. Terbiasa agar tidak mencemaskan keadaannya. Terbiasa untuk tidak mengingat segala cerita bersamanya. Bahkan mungkin, terbiasa untuk tidak menyebut namanya dalam barisan doa yang ku bisikkan pada Tuhan.

Aku hanya perlu terbiasa … hidup tanpanya!

Jika Aku Pergi

8/02/2024 01:02:00 PM 1 Comments


Bagaimana jika tiba-tiba aku pergi? Kamu  dan duniamu akan tetap baik-baik saja, kan? Karena aku merasa, hadirku di kehidupanmu tak ada pengaruhnya untukmu. Tak memberi banyak manfaat kepadamu. Maka, boleh ya jika aku pergi? 

Jujur, aku sudah lelah. Dengan keadaan yang seolah menyudutkan ku. Seolah aku penjahat utama atas duka yang tercipta di antara kita. Padahal, aku pun korban dari keadaan yang sering kali tak berpihak pada kita. 

Di sela waktu kesendirian, aku bertanya pada keadaan, di manakah cinta yang dulu selalu kau puja? Kapan ku dapati lagi peluk hangat yang menenangkan? Dan Mengapa harus ego diri menjadi pemenang yang menghancurkan ketenangan? 

Semua tanya itu hanya menggema dalam pikiran. Mendorong langkah untuk terus berjalan ketepian. 

Ya. Ku rasa sudah saatnya aku menepi dari hadapan atau bahkan dari kehidupanmu. Namun, tiap kali langkahku semakin tegap untuk terus menjauh darimu, hati serta pikiranku semakin berperang. 

Jika aku pergi, apakah kau akan sebahagia yang aku pikirkan? Apakah penyesalan tak akan datang menghampirimu ataupun aku? Dan jika aku pergi, akankah kamu merasa sepi seperti yang kurasakan saat ini?

Logikaku menjawab tetaplah pergi, karena apapun yang terjadi padamu bukan lagi menjadi urusanku. Tapi hati ku terus berbisik, bertahanlah sebentar, barangkali sebenarnya dirimu masih butuh aku. Meski sangat kecil kemungkinannya. 

Namun yang pasti, kemanapun takdir membawa langkah kita, aku hanya bisa berharap, jika tiba waktunya untukku pergi, aku mampu terbiasa tanpamu, dan kamu, mampu mencipta kebahagiaan yang sempurna tanpa ada lagi bayang-bayangku di hidupmu.