Selasa, 26 Maret 2024

Sepi


 Aku pernah melewati hari-hari yang begitu sepi. Meskipun ku berdiri di tengah suasana yang ramai, ikut tertawa bersama kawan-kawan, menyembunyikan tangis dalam senyuman. Selalu mencoba untuk terlihat tegar dan baik-baik saja, meski nyatanya hatiku begitu kosong dan sepi.

Tak ada orang yang tau. Bagaimana hancurnya perasaanku ketika menghadapi sebuah pengkhianatan, dan aku harus merapihkan kepingan yang hancur itu sendiri. Bagaimana berantakannya mentalku ketika orang yang paling dekat dan ku percaya melukai dengan tanpa iba. Lalu perlahan ku bangkit dan berdamai dari luka-luka itu. Entah, sudah berapa banyak air mata serta senyum bahagia yang ku lalui berselimut sepi, sebelum dirimu hadir menemani.

Sepi yang setia menemani perlahan terusir saat kamu datang menyapa. Bahkan saat kamu memilih singgah, sepi yang kerap kali bersamaku semakin pergi menjauh hingga benar-benar tak terasa lagi sedikitpun. Air mata luka yang sering kali menyapa pun tak lagi ku temui. Kedatanganmu seolah menjadi penawar dari segala sakit yang ku rasa selama ini. Kehadiranmu seolah membunuh semua rasa sepi yang menggelayuti. Aku hanya mengenal bahagia dan ramainya waktu yang ku lalui saat bersamamu. Dan tentu kamu tau, harapan untuk selalu bisa bersamamu selalu ku langitkan.

Namun ternyata harapanku tak pernah menjadi nyata. Kita yang pernah menjadi saling, kini harus kembali menjadi asing. Sepi yang sempat terbunuh oleh hadirmu kini seolah bangkit lagi. Bahkan memelukku lebih erat dari sebelumnya. Aku tak pernah kira, kalau kepergianmu justru mencipta sepi yang lebih menyakitkan dari yang sebelumnya pernah ku rasa. Kebahagiaan dan keceriaan yang ku rasa saat bersamamu meredup seketika. Hari-hariku saat ini hanya ada sepi berteman air mata dan kerinduan. Ya, sesepi ini sekarang aku tanpa kamu.

~~~•••~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar