Kurekatkan jemariku di sela jemari mu
Kutatap wajah cantik nan
anggun milikmu
Kuusap guratan-guratan
halus cerminan bebanmu
Ibu, hatiku begitu bergetar kala ingatanku menampilkan wajahmu saat tersenyum dan
berbisik
“Jadilah anak yang selalu kubanggakan, Nak. Karena aku
begitu mencintaimu”
Ibu
menatapmu, membuatku membayangkan bagaimana caranya
engkau
menjagaku dalam rahimmu sembilan bulan lamanya
Kau mencurahkan seluruh
cinta yang kau punya untukku
menjagaku dengan kasih
sayang
Serta doa yang selalu kau panjatkan dalam diam
Kau jadikan nyawamu
taruhan bagi nyawaku
Ibu
Saat kita jauh, setiap yang ada pada diri
mu menjadi hal yang paling
aku rindukan
Hangatnya mentari tak akan mampu menggantikan hangatnya
pelukanmu, Bu
Indahnya guratan senjapun, tidak akan mampu menggantikan
indahnya senyumanmu
Damaiku adalah mengenag seluruh kasihmu
Lalu rindu seakan menyeruak
dari bilik jiwa yang rapuh
Mendendangkan bait demi
bait kesukaran hidup
Tanpa tanganmu yang selalu
merangkulku lembut
Kepedihan yang kurasa
seakan tak berujung
Ibu
dapatkah kau merasakan
semua ini? Semua rasa tentang rindu dan kehilangan
Bisakah kau melihat
luka yang kau torehkan setelah kepergianmu, Bu?
Aku tak sanggup, Bu
Mata sayu ini menatap penuh harap akan kebahagiaan
Melewati masa demi kehidupan yang fana yang penuh ketidak adilan…
Ibu
Tak bisakah kau beri
aku waktu? Untuk sekadar memelukmu
Kini di hadapanku,
kau hanya tertidur kaku tak lagi bernyawa
Namun segaris senyum masih terlihat jelas dari
wajah cantikmu
Seakan kau bahagia karena semua tugas mu
telah selesai
Kuiringi
kepergianmu menuju tempat peristirahatan abadimu
Ibu
Ingin kumemelukmu
terakhir kali
Tapi tanah yang menutupimu
tak dapat lagi menunggu
Kutitipkan doa
melalui desiran angin
Kusampaikan rindu melalui
air mata
Senandung cinta terukir
halus
Menemani tidurmu dalam
dekapan illahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar