Jumat, 19 Juli 2024

Manusia Dengan Segala Sakitnya

7/19/2024 08:22:00 PM 0 Comments

Aku, seseorang yang tumbuh dengan cerita masa lalu yang tak menyenangkan, yang berjalan dengan menahan sakit dan perihnya luka yang terus datang bergantian. Melangkah mencari rumah untuk merasakan pulang. Namun tak juga kutemukan. 

Tak lelah ku menyeret langkah sendirian. Menjejaki jalan-jalan panjang yang berselimut kelamnya kesunyian. Aku hanya sedang mencari rumah untukku pulang. Untuk mengobati segala luka yang ku simpan dalam diam. Karena rumah yang selalu menyambut dengan hangatnya pelukan saat ku datang, telah terkubur menyatu dengan tanah yang kini menjadi pijakan. 

Aku, si manusia dengan segala sakitnya! Menelan beribu kesakitan sendiri. Tanpa tau harus mulai mencari penawarnya dari mana.

Ketika langkah ku mengantarkan pada titik pertemuan denganmu, seketika tercipta harapan terbesarku, yaitu; kau mampu menemaniku menyembuhkan luka-luka yang masih tergores dan basah dalam dada. Karena sungguh, aku butuh teman. Aku butuh kawan untuk menjadikanku kuat dalam proses penyembuhan luka ini. Dan aku ingin kamu yang membantuku agar kuat menjalani setiap proses penyembuhanku. 

Ku pikir harapanku akan menjadi nyata! Ternyata tidak! Luka ku justru semakin banyak! Perih yang ku rasa semakin menyakitkan! Salahku memang, harus berharap pada manusia. Terlebih manusia tak berprikemanusiaan sepertimu! Yang hanya bisa menyalahkan, menuding, bahkan menuduhku tanpa ampun! Sedangkan kau tau, betapa hancur dan babak belurnya aku saat ditemukan olehmu nyaris tak berdaya, di persimpangan jalan yang penuh teka teki dan sandiwara kehidupan. 

Kau yang ku pikir mampu menjadi rumah, justru hanya menjadi neraka yang baru dalam perjalanan hidupku. Tak ada sedikitpun lukaku yang terobati oleh hadirmu. Yang ada hanyalah luka yang kian terbakar dan sangat menyakitkan! 

Tak apa, ya... Jika kali ini ku gagal menjalankan segala peranku. Jika kali ini aku menyerah pada jalan yang ku tapaki. Karena sungguh, kakiku sudah tak sanggup melangkah beriringan denganmu. Luka yang kau tambahkan sudah terlalu banyak. Lebam membiru yang tercipta dalam tubuh kehidupan belum juga memudar. Maka ku tak ingin mencipta lebam yang baru dengan terus bersamamu. 

Tak apa, jika kau masih ingin menggunakan topeng wajah polos tak berdosamu. Dan biarkan mereka terus menghakimiku karena hasil dari keegoisan hatimu. Karena mungkin, saat ini aku tercipta sebagai manusia dengan segala sakitnya. Jika aku menanggalkan pakaianku dan meperlihatkan setiap sayatan, lebam, dan luka yang tercipta bahkan melekat pada pakaianku, lalu ku katakan diantara luka-luka ini ada andilmu di dalamnya, mereka pun belum tentu percaya. Maka, diam kembali menjadi pilihanku. 


Untukmu, yang sedang sibuk mengejar validasi dan tak henti menggunakan topeng mengibamu, Berbahagialah! Agar segala luka dan kesakitan yang ku tanggung sendirian ini tak berujung sia-sia. Jangan khawatir, ditengah kesakitan yang ku rasakan saat ini, akan ku datangkn kata maaf untukmu. Agar kau tenang dengan hidupmu, dan aku, tenang menikmati segala kesakitan dari luka yang entah kapan akan memudar. Jika ada yng bertanya tentangku, cukuplah kau jawab, bahwa aku hanyalah manusia dengan segala sakitnya!

Selasa, 02 Juli 2024

Tanpa Status

7/02/2024 05:25:00 PM 0 Comments

 

Pernah terlintas dalam pikiran, kenapa ya? Aku harus ketemu dan kenal sama kamu? Kenapa kamu, seseorang yang awalnya begitu aku benci, sekarang bisa menjadi seseorang nomor satu di hati? Apapun dan bagaimanapun kondisiku, cuma kamu orang pertama yang ingin aku beri tau. Kemanapun aku akan pergi, atau darimanapun aku tiba, selalu kamu yang akan ku beri kabar pertama kali. Entah, segala cerita tentang apa yang aku lalui hanya ingin ku bagi denganmu. Tidak ada yang lain! Bahkan, perihal seseorang dari masa laluku yang tiba-tiba saja hadir kembali, aku pun ingin kamu mengetahui ceritanya.


Setiap respon yang kamu berikan, selalu menjadi perhatianku. Hingga tak jarang, selalu ada tanya, kita ini sebagai apa? Sebenarnya, kamu ini siapa bagiku? Atau siapa aku bagimu? Jika ku sebut kita hanyalah teman, tapi aku merasakan kita lebih dari itu. Jika dikatakan bahwa kita lebih dari teman, tak pernah ada perjanjian atau pernyataan serius baik dari kamu ataupun aku. Namun, entah kenapa selalu ada rasa takut yang tiba-tiba menghantui hatiku. Rasa takut kehilangan kamu, takut kamu jatuh cinta dengan orang lain, takut tiba-tiba kamu pergi dan tak meninggalkan jejak sedikitpun. Intinya, aku takut jika suatu hari nanti kamu bahagia dengan orang lain. Aneh, ya? hhhfff. Aku pun gak ngerti dengan apa yang hadir dalam hati dan pikiran ini.


Kamu ingat? Saat tempo hari kamu bercerita tentang seseorang yang membuatmu begitu merasa kagum, hingga hadir rasa nyaman dalam hatimu, meski hanya menatap orang itu dari jauh. Saat kamu bercerita bagaimana khawatirnya kamu saat hilang kabar dari si dia yang kau kagumi itu. Dan rangkaian cerita lainnya tentang si dia yang kini singgah dalam hatimu. Kamu tau bagaimana perasaanku saat mendengar itu?


Ada perih yang seketika aku rasakan. Ada air mata yang ku sembunyikan. Serta ada rasa takut yang memelukku kian erat! Tapi aku harus sadar diri, bukan? Bahwa kita sedang berjalan di koridor tanpa status. Ya. Kedekatan kita, bahagianya aku saat bersamamu, rinduku saat jauh darimu, khawatirku saat kau tak ada kabar, semua berjalan pada koridor tanpa status. Maka, sudah semestinya aku mempersiapkan hati sejak saat ini, bukan? Jika suatu hari kamu pamit pergi untuk mencipta kebahagiaan yang lebih sempurna bersama dia.

Namun, sebelum kata pamit itu terlontar darimu, aku masih di sini, pada koridor tanpa status yang kita jalani, sambil menunggu kepastian darimu. Dan biarkan aku bahagia dengan kita yang seperti ini, paling tidak untuk saat ini saja.


Kamis, 20 Juni 2024

Tolong, Jangan Menyerah

6/20/2024 08:06:00 PM 0 Comments

Aku mungkin hanya orang lain yang tiba-tiba aja ditakdirkan Tuhan untuk bertemu denganmu. Tanpa sengaja dititipkan rasa sayang begitu dalam kepadamu. Lalu, gak pernah ku duga, hari-hariku semakin rame dengan hadirmu. Cinta dan sayang untukku pun semakin berlimpah karena hadirmu. Hingga akhirnya, namamu masuk dalam daftar yang selalu disebut saat ku sedang berdua dengan-Nya.


Kamu, yang kini menjadi seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Aku memang orang asing yang Tuhan pertemukan denganmu. Aku tak pernah tau bagaimana latar belakang kehidupanmu sebelum bertemu denganku. Aku tidak pernah tau bagaimana rekam jejak perjalananmu hingga berada di titik ini. Bahkan, hari ini pun, aku gak tau sudah berapa banyak badai yang kau hadapi, sudah seberat apa beban yang kau pikul hingga detik ini, sudah berapa banyak derasnya air mata yang diam-diam harus kau hapus dank au sembunyikan di balik topengmu yang penuh canda tawa. Aku memang tak pernah tau semua lika liku yang harus kau jalani hingga akhirnya kau bertahan sampai di titik ini.

Yang ku tau, saat kau sudah merasa tidak sanggup, kau akan bicara dan cerita. Di saat kau butuh pegangan, kau akan memanggil. Meski setiap detik aku ada untukmu, aku ada di sisimu.


Hei, aku cuma mau bilang, tolong jangan menyerah, ya. Tolong jangan berputus asa dengan segala ujian yang sedang kau hadapi kali ini. Meski ku tak tau, seberat apa ujian yang kini kau hadapi, tapi aku tau, kau adalah orang yang kuat. Kau adalah orang terpilih untuk bisa menghadapi dan melewati ujian ini. Bukankah Tuhan tak akan memberikan beban ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya? Meski kini kau harus berderai air mata lagi, artinya,  kau kuat, kau mampu untuk menghadpinya lagi. 

Aku mohon, tolong jangan menyerah, ya. Jangan pula melarangku untuk selalu menyebut namamu dalam barisan doaku. Kau harus tau, aku tak ingin kehilanganmu. Tak akan pernah! Jika salah satu dari kita ada yang harus menghilang dari bumi ini, maka biarkan aku yang lebih dulu menghilang, ya. Karena sungguh, setakut ini aku kehilanganmu. Jadi, sekali lagi ku mohon, jangan menyerah. Teruslah berjuang. Dan ku tau, kau mampu melewati ini semua.

Minggu, 16 Juni 2024

Sebatas Imaji

6/16/2024 11:05:00 PM 0 Comments

Putaran waktu, telah membawaku pada titik keadaan yang tak pernah aku duga sebelumnya, yaitu kedatangan kamu dalam hidupku. Kamu, orang asing yang tak sengaja ku temui pada dunia maya. Momen perkenalan singkat antara kita, berlanjut dengan keakraban dan kedekatan yang mengundang rasa nyaman. Entah siapa yang memulainya, namun yang aku tau, sejak kehadiranmu aku bisa merasakan kenyamanan serta kebahagiaan yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya.

Hadirmu mencipta bahagiaku kian sempurna. Segala perhatianmu membuat aku merasa betapa berharganya di sisimu. Senyum manis mu yang mampu ku tatap dari kejauhan selalu berhasil menjadi pelipur laraku. Berbagi cerita denganmu menjadi candu bagiku. Hingga diam-diam menyebut namamu di antara senyapnya malam yang menyelimuti menjadi kebiasaanku, ketika sedang bercengkrama dengan Dia yang telah menciptakanmu.

Tanpa ku sadari, rasa nyamanku kini telah berkawan dengan rasa sayang dan juga takut kehilangan. Setiap kali sepi menghampiri, bayang wajah serta senyummu selalu berhasil menjadi pengusirnya. Setiap kali kegundahan menyapa, suaramu mampu menjadi penenangnya. Dan semakin hari, aku semakin candu dengan hadirmu.

Kau tau? Tangan ini rasanya ingin sekali mendekapmu. Ingin sekali aku merengkuhmu, merasakan hangat peluk dan kecupmu pada realita hidup yang ku jalani. Namun ku sadar, kita hanya dekat pada sebatas imaji. Segala rasaku hanya bermain pada dunia ilusi. Karena kita adalah dua jiwa yang terpisah oleh dinding realita. Meski segenap rasa yang hadir ini begitu nyata adanya.

Terkadang ada masa dimana aku ingin sekali melepas segala perasaan yang tertuju padamu, lalu menguburnya dalam-dalam. Namun bayanganmu selalu saja menari dalam benak. Membuatku merasa sesak, ketika membayangkan jika aku harus menghilangkan atau mungkin kehilanganmu. Jika aku harus kembali pada kubang sepi setelah hadirmu meramaikan hari-hari yang ku lalui. Meski ku tau, kau hanya akan hidup pada batas imajiku. Kau memberikan kebahagiaan pada dunia ilusi yang ku cipta. Karena kata bersama untuk kita, tak akan pernah lahir pada dunia realita.

Biarlah, jika aku harus lelah merawat rasa ini sendirian. Jika aku tak mampu berhenti menyayangimu dengan begitu tulus dan hebatnya. Jika sekali waktu aku harus merasakan getar rindu yang menyapa bagaikan badai yang mengacaukan dunia realitaku. Biarlah, jika rasa bahagia, sedih, takut kehilangan, bahkan sakitnya merindu karena hadirmu begitu nyata ku rasakan, dan harus ku tanggung sendirian. Karena akan kubiarkan dirimu terus hidup dan abadi pada batas imaji yang ku cipta dalam dunia ilusi.

Rabu, 12 Juni 2024

Menjadi Penggantinya

6/12/2024 07:53:00 PM 0 Comments

 


Sejak kepergian Ayah, segala beban dan tanggung jawabnya jatuh di pundakku. Aku, sebagai anak lelaki pertama, harus menjadi pelindung bagi ibu dan adik-adik perempuanku. Tugas Ayah sebagai tulang punggung keluarga, kini menjadi tanggung jawabku. Bahkan aku harus menggantikan Ayah dalam memberikan kebahagiaan, rasa aman, dan kenyamanan yang dulu selalu dia hadirkan.

Ayah, betapa beratnya peran ini. Bolehkah aku meminjam ketegaran hatimu yang sekuat baja? Bolehkah aku meminjam pundakmu yang kokoh untuk menanggung semua ini? Setiap hari aku berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sepertimu, meski sering kali terasa mustahil.

Aku sadar, tak mungkin sepenuhnya menggantikanmu untuk Ibu dan adik-adikku. Namun, aku berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik bagi mereka, menciptakan kebahagiaan meski tak sempurna, karena ketiadaanmu, Ayah.

Aku yang tak pernah bisa memahami dengan baik bagaimana karakter adik-adikku, kini seiring waktu bergulir aku harus belajar untuk selalu bisa memahami mereka. Meski lelah, dan tak mudah namun harus ku lakukan. Walau sering kali tergores kecewa dan amarah, tapi aku harus menutup rasa itu begitu rapat saat berhadapan dengan mereka.

Teruntuk adikku sayang, ingatlah bahwa aku selalu ada untukmu. Walaupun langkahku kadang goyah, hatiku tetap teguh melindungimu. Walau terkadang jarak memisahkan, percayalah bahwa kasih sayang dan cintaku sangat dekat denganmu. Dan meskipun sering kali kau melihatku marah, kecewa, akan sikap tingkah lakumu, ketahuilah itu caraku menjagamu dari orang-orang yang tak bertanggung jawab. Karena aku tak ingin kau terasakiti oleh siapapun! Karena menjagamu kini menjadi tanggung jawabku. 

Aku berharap dengan segala usahaku, meskipun kecil, bisa mengurangi rasa kehilangan yang kau rasakan. Kenangan tentang Ayah akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan kita. Kita akan melaluinya bersama, dengan saling menguatkan. 

Meski Ayah tidak lagi hadir secara fisik, kasih sayangnya akan selalu menjadi pelita bagi kita. Aku akan terus berusaha, untuk Ibu, untukmu, dan untuk mengenang Ayah.

 Biarkanlah aku menjadi peganti Ayah, dalam mencurahkan kasih sayang, serta kebahagiaan untukmu. Sampai kelak kau bertemu seseorang yang bisa menjaga dan membahagiakanmu dengan sepenuh jiwa.

Minggu, 09 Juni 2024

Cukup Bersamamu

6/09/2024 07:08:00 PM 0 Comments


Di tengah hiruk pikuk dunia yang begitu gaduh dengan segala cerita dan sandiwaranya, aku menemukan kedamaian saat bertemu denganmu. Di saat segala hal terlihat begitu rumit, penuh teka teki yang tak mampu ku selesaikan, kamu hadir seolah menjadi jawaban yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ketika hati terasa begitu hampa dan kosong tentang makna cinta, kau datang menyiramiku dengan kasih sayang dan cinta yang begtu derasnya.

Dalam diam dan sendiri, aku seringkali bertanya apa yang sebenarnya aku cari? Apa yang sebenarnya aku butuhkan? Di pencarian yang mendalam, seringkali langkahku terasa berat. Pikiranku tak jarang terasa kacau dan menemukan titik keraguan. Namun setiap kali kau datang menemani, segala tanyaku terjawab, semua kekhawatiran dan keraguanku pun lenyap. Semua terasa begitu lebih ringan bagiku, karena ternyata aku cukup bersamamu untuk menghadapi semua itu.

Masih ingatkah kamu? Bagaimana kita saat pertama kali bertemu? Saat itu, dunia seakan berhenti sejenak, memberikan ruang bagi dua jiwa yang akhirnya menemukan rumah mereka. Kamu adalah detak jantung yang menjaga irama hidupku tetap tenang, senyummu adalah sinar yang menerangi jalan gelap yang pernah kulalui. Bahkan di setiap tatapan matamu, aku menemukan kehangatan yang tak pernah kudapatkan di tempat lain.

Kamu, adalah pelukan hangat di hari yang dingin, kekuatan di saat aku merasa begitu rapuh dan hancur, ketenangan di saat hati dan pikiran begitu gaduh berperang. Ketika banyak orang sibuk mengejar gemerlap dunia sebagai sumber bahagianya, aku cukup bertemu denganmu, merasakan hangat genggaman tanganmu untuk bisa merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna. Cukup bersamamu, aku mendapatkan pelukan yang membuatku merasa aman, merasa hidup saat ku tenggelam dalam senyum serta tatapan teduhmu. 

Cukup bersamamu, aku tidak butuh apa-apa lagi. Segala impian dan harapan terasa lengkap hanya dengan kehadiranmu di sisiku. Aku bisa menjadi diriku sendiri, menggapai segala impianku, merasa dicintai dengan sepenuh hati dan jiwa, hanya saat aku bersamamu. Maka, cukup bersamamu ku habiskan sisa usiaku. Sampai kita bertemu pada titik, aku atau kamu yang lebih dulu dipanggil oleh-Nya. 


Sabtu, 08 Juni 2024

Tenggelam Di Badai Sunyi

6/08/2024 08:42:00 AM 0 Comments

Sejak dia datang dalam hidupku, aku nyaris tak pernah berkawan dengan sepi yang menikam di balik sunyi. Hadirnya selalu berhasil mengundang tawa bahagia, senyum ceria, juga air mata haru karena cinta.

Setiap bersamanya, selalu ada cerita yang mengalir begitu saja. Segala sesuatu yang telah terlewati, menjadi bahan untuk kukisahkan padanya. Aku ingin dia selalu menjadi orang pertama yang tahu tentang apa yang telah kulalui. Pun sebaliknya. Kita tak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan. Andai kita bertemu pada titik keadaan yang sama-sama sedang lelah, kita seolah sudah sepakat bahwa kita tetap bersama, hanya saja kita saling memberikan ruang dan waktu untuk saling beristirahat sejenak. Kita pernah sepakat, untuk tidak pernah saling meninggalkan.

Namun kini, kesepakatan hanyalah sebuah wacana yang hancur diterjang badai huru-hara keegoisan diri. Dia pergi menjauh, sedangkan aku berpaling dengan ego yang enggan meluruh. Aku pikir kita hanya butuh waktu untuk saling berkaca pada diri sendiri, mengenang semua yang telah terlewati, lalu kemudian kembali bersama melanjutkan merajut kisah masa depan. Tapi ternyata tidak!

Aku yang sempat berpikir akan baik-baik saja tanpanya, ternyata kini mulai merasakan kesepian yang mengoyak hari-hariku yang biasa ramai olehnya. Perlahan, kutenggelam di balik badai sunyi yang menerjang di setiap detik yang kulalui. Aku tersadar, bahwa hadirnya dia telah banyak mengubah kehidupanku. Paling tidak, kehadirannya pernah membawaku keluar dari dalamnya kesunyian, dan memberikan bahagia yang tak pernah kuduga.

Namun kini, semua cerita bersamanya tinggal kenangan, dan aku kembali tenggelam di badai sunyi yang tak tahu kapan akan berakhir.

Jumat, 07 Juni 2024

Maaf, Bu

6/07/2024 09:52:00 PM 0 Comments

Bu, lihatlah anak mu yang kau besarkan dengan keringat dan air mata, sekarang ia sudah beranjak dewasa, Bu. Ia sudah merasakan kerasnya dunia menghantam perjalanannya. Ia telah merasakan beratnya sebuah tanggung jawab.

Bu, sekarang aku mengerti mengapa dulu engkau sering bilang, "tidak boleh nakal," atau "kamu harus menjadi orang yang kuat." Karena memang, dunia yang ku hadapi saat beranjak dewasa begitu keras ya, Bu. Dirimu juga pernah berpesa, "jadilah orang baik dimanapun kamu berada." Karena jika kita tidak baik maka orang tidak akan baik sama kita kan? Semesta akan memperlakukan kita seperti apa kita memperlakukan mereka kan, Bu?

Lantas mengapa sekarang banyak orang yang jahat, Bu? Padahal aku sudah menuruti semua nasehatmu. Namun mengapa mereka tetap jahat? Mengapa sekarang aku merasa begitu lemah, padahal aku selalu berusaha untuk menjadi anakmu yang kuat, Bu.

Maaf, Bu ... aku tidak bisa menjadi kuat seperti yang engkau harap. Aku sering menangis dan bersedih di kala kesendirian menemaniku. Tapi tenang, Bu. Aku tidak akan meneteskan air mata di depan mu. Aku akan tetap menjadi anakmu yang kau lihat sudah besar dan kuat mengahadapi terpaan badai kehidupan. Aku akan tetap tersenyum. Karena aku tidak mau melihat air mata kesedihan jatuh meluruh di wajahmu, Ibu.

Jujur aku butuh pelukan mu, Bu. Tapi aku terlalu malu untuk mengatakan bahwa aku ingin dimanja lagi olehmu, ingin menangis di pelukmu. Karena sekarang aku merasa sudah dewasa dan tidak pantas untuk bermanja serta menangis lagi di depan mu, Bu. Meski nyatanya, kini aku begitu rapuh dan butuh dirimu.

Bu, anak yang engkau lihat penuh senyum di hadapan mu kini sedang hancur. Aku tak tau bagaimana caranya untuk mengatakan bahwa aku butuh pelukanmu, Bu. Agar aku merasa bahwa hidupku setelah ini akan tetap baik-baik aja.

 Maaf Ibu, anak yang sudah engkau besarkan ini belum bisa membahagiakan mu. Aku takut, Bu. Aku takut tak mampu melukis senyum haru kebahagiaan di wajahmu. Sedangkan usiamu sudah semakin menua. Aku takut tak mampu memberikan kebahagian yang paripurna untukmu, Bu.

Maafkan aku, Bu. Tunggu aku memberikan segenap bahagia untukmu. Dan terimakasih, atas semua yang telah engkau beri untukku selama ini. Percayalah Bu, anakmu sedang berjuang untuk selalu memberikan kebahagiaan untukmu.

~~~•••~~~•••~~~

Song instrumen muara kasih bunda violin

Dia dan Secangkir Kopi

6/07/2024 03:10:00 PM 0 Comments

 

Secangkir kopi hangat pada dinginnya pagi yang menyapa selalu menjadi cerita indah di awal hari saat aku bertemu dengannya. Cerita suka duka yang telah dilalui, akan menjadi teman yang mengubur sepi di antara kami. Selalu ada tawa bahagia terekam di kala waktu membiarkan kita saling berbagi cerita. Dan saat salam perpisahan memanggil di awal senja, akan hadir setitik rindu untuk kembali bertemu. Menjelma menjadi bait pengharapan pada malam yang mengabadikan cerita tentang perjalanan hari itu bersamanya.

        Secangkir kopi hangat selalu menjadi kawan setia di setiap pertemuan. Menjadi saksi bisu yang menangkap rasa berbeda yang perlahan hadir dari relung hati. Ada candu saat ku tatap mata hazel juga manis senyumnya. Pahat wajahnya yang tak begitu tampan namun meneduhkan, berhasil menciptakan nyaman dalam hati. Ku yakin, ia telah berhasil mencuri sebagian hatiku. Karena sebentar saja jarak memisahkan, ada rindu yang bertalu.

Apakah ia menaruh sebuah mantra dalam secangkir kopi yang telah dibawanya?

Ah, rasanya terlalu jahat jika ku biarkan pikiran itu terus menjelma. Bukankah cukup ku syukuri kehadirannya, dan nikmati kebahagiaan ini bersama? Jika ada rasa serta getar yang berbeda mulai tercipta, biarkan ia berjalan dengan sewajarnya. Biarkan ia saling menyapa di saat tiba waktunya. Aku tak ingin memaksa. Karena aku mulai takut kehilangannya.

Takut kehilangan? Atau mungkin takut kembali terkukung dalam sepi?

Entah, yang ku tahu, aku hanya ingin selalu berada di dekatnya. Yang aku tau bahwa aku mulai menyayanginya tanpa ragu.

Selasa, 04 Juni 2024

Bukan Untukku

6/04/2024 01:56:00 AM 0 Comments

Tenangnya malam membuat hati ini semakin tak sabar menanti sang fajar tiba. Ada rencana besar yang akan kulakukan ketika mentari telah menyapa dunia, yaitu, mengungkapkan segala rasa yang selama ini ku simpan dengan begitu rapatnya. 

Jalan panjang yang ku tempuh menjadi saksi seberapa jauh usahaku untuk bisa bertemu dengannya. Banyaknya detak waktu yang ku lalui menjadi bukti, betapa sungguh dalam rasa sayang juga cinta yang selama ini kupendam dalam lubuk hati.

Namun, ketika tiba pada titik perjumpaan dengannya, seketika langkahku terpaku, kakiku seolah membatu, lidahku kelu membeku, bahkan hadiah yang kupersiapkan dalam genggaman pun terjatuh, meluruhkan senyum yang sempat terlukis diwajahku.

Ada sepasang tangan yang sedang mendekapnya dengan begitu erat, tapi itu bukan tanganku. Ada sepasang mata yang menatapnya penuh cinta, namun itu bukanlah mataku. Ada kecupan yang mendarat pada keningnya, membuat wajahnya tersenyum bahagia, dan sayangnya itu bukan dariku.

Ia telah berbahagia dengan yang lain!

Dan aku, berbalik arah meninggalkannya. Membiarkan ia bahagia dengan apa yang kini menjadi pilihannya. Kembali ku susuri jalan sendirian, hingga malam kembali datang. Ku biarkan lampu di sisi jalan menjadi saksi betapa hancur pengharapanku. Dan Ku biarkan sepinya malam menjadi kawan atas rasa sakitku.

Semoga ia berbahagia bersama pilihannya, dan biarlah aku di sini, terkubur di balik reruntuhan rasa cintaku yang hancur berkeping, dalam sendiri dan kesunyian, mencoba menerima kenyataan bahwa dia bukan untukku.