Jika katamu aku adalah wanita yang kuat diantara wanita-wanita lain yang pernah kau sakiti, maka kali ini dengan tegas aku katakan, tidak!! Aku tidak sekuat yang kau kira!
Pergimu kemarin, sikap dan segala ucapanmu kala itu, bukanlah hal yang paling menyakitkan bagiku. Karena entah mengapa, aku memiliki keyakinan bahwa kau akan datang kembali. Entah karena apa dan bagaimana caranya, aku yakin suatu hari kau akan datang kembali mengobati segala rindu yang ku simpan hanya untukmu.
Aku masih berada pada tempatku berdiri melepasmu pergi. Meski berkali-kali kau pun memintaku untuk melangkan menjauh, dan sikapu tak henti mengabaikanku, adalah karena tak mudah bagiku untuk menyingkirkan segala rasa yang telah bertahta begitu megah setelah apa yang ku rasa padamu diperkuat dengan pernyataan kejujuran darimu malam itu. Malam dimana aku tahu bahwa rasa cinta ku untukmu tak bertepuk sebelah tangan. Dengan lugas kau menyatakan semua isi hatimu. Mengaminkan apa yang menjadi inginku kala itu.
Aku masih bertahan dengan segala kesakitanku saat kau pergi, bukan karena aku kuat seperti apa yang kau kira. Aku hanya mencoba tegar di setiap celah rasa sakit semenjak kau mengatakan pamit lalu pergi. Aku hanya sedang mencoba kuat berdiri di bawah lapisan rindu untuk mu yang menekanku tanpa henti setiap hari. Aku hanya ingin mengatakan padamu, bahwa sejauh apapun kamu melangkah pergi, pulanglah kapanpun kau mau, kembalilah lagi kapanpun kamu butuh aku, karena aku masih di sini. Menunggu segala cerita perjalananmu. Menantimu pulang, siap menyambutmu lagi, meski dengan membawa hati yang baru. Meski sudah tak ada lagi aku di hatimu.
Dan kamu sungguh pulang! Kamu kembali lagi! Bersama dengan potongan hati yang baru, yang kemudian kau perkenalkan kepadaku.
Kau tanya apakah ku sakit? Lisanku menjawab tidak, namun hatiku mengalirkan darah dari luka yang tak teraba. Ada perih yang tak mampu ku katakan padamu. Saat itu aku menyadari, bahwa ternyata aku begitu rapuh, dan kamu tak tau itu. Yang kau lihat adalah aku yang kuat, dan tetap berdiri tegar meski berkali-kali kau sakiti.
Kau hanya tak melihat lukaku, Tuan!
Setelah banyak hal kau ceritakan, tentang perjalanan mu semenjak pergi dariku, kini kau pergi lagi. Namun kali ini pergimu tanpa pamit. Pergi mu dengan membentang jarak yang begitu dingin untuk kembali ku pijak. Setiap tanya dan kecemasan ku tak lagi kau beri tenang. Kau biarkan aku menunggu dengan pikiran serta perasaan yang begitu gaduh.
Hingga akhirnya, kini aku lelah. Lelah dengan segala sikap pengabaianmu. Aku lelah dengan kata tunggu berselimut kepura-puraan bahwa aku baik-baik saja tanpamu. Aku lelah dengan segala kerinduan dan kecemasanku yang tak akan lagi terbalas.
Pernah kau bertanya, kapan aku berhenti menunggumu. Lalu ku jawab, aku akan berhenti di saat aku sudah benar-benar lelah.
Dan selamat! Kamu berhasil mengantarkan ku pada titik lelah itu. Maka kali ini, dengan lugas ku katakan, aku berhenti! Aku berhenti dari segala perasaan dan pikiranku yang selalu tertuju padamu. Aku berhenti untuk menunggu dan mencarimu.
Lanjutkanlah langkahmu, dan jemput bahagiamu yang paripurna. Begitu pun dengan ku. Akan ku cipta bahagiaku tanpa cerita tentang mu lagi. Habis sudah segala cerita tentangmu. Buku ceritamu, sudah ku tutup rapat dan ku simpan pada satu ruang yang tak mudah untuk ku sentuh lagi.
Terimakasih sudah pernah hadir dan singgah pada cerita perjalanan seorang aku. Terimakasih untuk segala pembelajaran menuju proses pendewasaan diri dengan segala keputusan yang kau beri. Percayalah, apapun cara yang kau pilih untuk menyakitiku, bagaimanapun caramu pergi, aku tak akan pernah bisa membencimu, meskipun segala ceritmu sudah ku habiskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar